PWMU.CO– Mahasiswa Perbankan Syariah UMSurabaya mengenalkan keuangan syariah kepada warga kampung Tempurejo Mulyorejo, Ahad (29/8/2021).
Sejumlah mahasiswa turun ke rumah-rumah warga di RT 01 dan 03. Mereka menjelaskan pengelolaan keuangan rumah tangga dengan pencatatan pembukuan. Pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh Tim Progam Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa Himpunan Mahasiswa Perbankan Syariah (PHP2D Hima PBS) Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Tim mahasiswa Hima Perbankan Syariah memberikan buku dan modul pencatatan keuangan syariah kepada warga sekaligus pendampingan cara mencatat pendapatan dan pengeluaran keuangan keluarga dan usaha berjualan secara berkala.
Patria Kalista Intan Apsari dari Tim PHP2D menjelaskan, urgensi pencatatan keuangan syariah agar warga tahu pengeluaran dan pendapatannya setiap hari. ”Ketika kekurangan uang, mereka tahu pengeluaran untuk apa saja,” katanya.
Pencatatan itu, sambung Patria, berfungsi agar setiap rumah tangga bisa mengendalikan pengeluaran jangan lebih besar dari pendapatan. Melalui pencatatan diupayakan antara pendapatan dan pengeluaran seimbang.
”Kalau pengeluaran lebih besar dari pendapatan menjadikan mereka harus berutang. Jadi berbahaya kalau utang kepada pinjaman online yang berbunga tinggi sehingga terjerat rentenir,” ujar Patria. ”Pencatatan keuangan ini kemungkinan mereka berutang semakin kecil.”
Manajemen keuangan keluarga secara syariah, tambah dia, diusahakan menjadi kebiasaan warga Tempurejo. Semakin rajin pencatatan keuangan syariah, akan mampu perencanaan jangka panjang. Dalam manajemen keuangan itu setiap warga diminta ada pengeluaran untuk seperti zakat, infak, dan wakaf.
Dosen pembimbing lapangan Arin Setyowati SHI MA menerangkan, pencatatan keuangan berbasis syariah berbeda dengan pencatatan keuangan pada biasanya. Keuangan syariah menganut ajaran al-Quran dan hadits, yaitu sebagian pendapatan yang diperoleh untuk Ziswaf (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf). ”Ini untuk memperoleh ridho dari Allah swt dan rezeki yang diperoleh menjadi berkah dalam hidupnya,” katanya.
Sementara pencatatan keuangan bukan syariah, tambah dia, hanya mengandalkan pendapatan dan pengeluaran tanpa anggaran untuk Ziswaf. ”Prinsip keuangan syariah, dalam pendapatan dalam satu bulan, maka pengeluarannya untuk beli sembako, tagihan listrik, biaya pendidikan, dan yang paling penting menyisihkan uang untuk berderma,” tandasnya.
Dijelaskan, pendapatan dan pengeluaran ini perlu dicatat agar dapat terkontrol ekonomi keluarga. Ini untuk menjawab kebingungan di keluarga kenapa perekonomian rumah tangganya tidak teratur dan uang habis tanpa ingat ke mana dibelanjakan.
”Pencatatan pemasukan dan pengeluaran membuat ekonomi keluarga bisa dikontrol. Tahu batasan-batasan dalam belanja. Uang tidak dihabiskan hanya untuk kehidupan dunia, namun juga menyimpan harta untuk akhirat,” tuturnya.
Ketua RT 01 Narji menyatakan, program ini sangat bermanfaat bagi warga dalam wawasan dan pengalaman baru mengelola keuangan syariah. ”Ke depan semoga bisa memberikan akses ke lembaga keuangan syariah biar tidak melenceng dari ajaran agama,” katanya.
Tim PHP2D HIMA PBS bersama warga juga melakukan kampanye Merdeka dari Jeratan Riba dengan secara simbolik mematahkan kartu ATM lembaga keuangan konvensional. Kampanye ini menjadi tanda komitmen bersama melawan jeratan riba. (*)
Penulis Danisa Nanda Pratiwi Editor Sugeng Purwanto