PWMU.CO – Sebagai bagian untuk menguji kesiapan peserta dalam mengikuti Taruna Melati (TM) 2 pada tanggal 23-26 Desember 2016 mendatang, tim fasilitator TM 2 Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Kota Surabaya mengadakan proses penyaringan (screening) kepada calon peserta kederisasi lanjutan tersebut, di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Jln. Sutorejo no 73-77 Kota Surabaya, Sabtu (10/12) lalu.
Sebanyak 9 pimpinan ikut ambil bagian dalam rangkaian kegiatan screening. Mulai dari tes tulis, mengaji hingga wawancara. Kesembilan pinpinan tersebut berasal dari PC IPM Wonokromo, PC IPM Simokerto, PC IPM Kenjeran, PC IPM Semampir, PC IPM Karang Pilang, PC IPM Tandes, PR IPM SMAM 1 dan PR IPM SMAM 10 Kota Surabaya.
Salah seorang peserta dari PC IPM Simokerto, Ramadhani, 13, mengaku senang bisa mengikuti rangkaian proses screening TM 2 tersebut. Pasalnya, peserta yang terbilang paling muda baru pertama kali mengikuti proses penyaringan kader. ”Ini merupakan pengalaman pertama saya di IPM,” ujarnya kepada kontributor pwmu.co (media resmi Muhammadiyah Jatim).
Ia pun mengungkapkan, di balik kesenangannya tersebut, terdapat beberapa kesulitan. Terutama saat mengerjakan tes tulis. ”Tes tulisnya lumayan sulit. Terutama tentang hakekat puasa, karena saya tidak tau arti hakekat itu apa, maklum mbak masih kelas 8,” ungkatnya dengan polos.
Tes tulis yang diujikan tersebut menyinggung tentang pentingnya mengamalkan Al-qur’an, Anggaran Dasar (AD) dan cita-cita Muhammadiyah. Selain itu juga berisi tentang Gerakan Pelajar Berkemajuan, persoalan pelajar masa kini dan Apresiasi kegagalan.
Lain lagi dengan yang dialami Ricky Abdul Prasetya,17. Siswa SMA Muhammadiyah 10 Surabaya ini tidak merasa kesulitan menjawab soal tes tulis. Ia mengira soal yang diujikan setingkat mahasiswa. Seperti pembahasan ideologi. Ia menganggap itu, karena tim fasilitator PD IPM Surabaya kebanyakan mahasiswa.
”Jadi saya kira soalnya sulit banget dan tidak bisa dijamah kita yang masih sekolah. Eh, ternyata jauh diluar dugaan saya, soal yang diberikan saling berhubungan dan jawaban yang diminta bukan jawaban yang pasti. Tetapi malah jawabannya yang menguras pemahaman dari sudut pandang kita,” paparnya.
Usai tes tulis, tes selanjutnya yang harus dilalui oleh peserta adalah tes wawancara. Tes tersebut memakai metode PDKT alias model curhat. ”Kita hanya memancing topik dan peserta bisa langsung menceritakan sebanyak-banyaknya. Kalau curhatnya singkat berarti dia belum bisa membuka hati dan pikirannya, itu saja,” terang Afan salah satu anggota tim Fasilitator sekaligus Kabid Organisasi PD IPM Kota Surabaya
Afan menambahkan, metode curhat dipakai karena dengan cara itu sekat antara peserta dan fasilitator seoalh tidak ada pembatas. ”Jadi kita bisa mengeksplore apa yang mereka inginkan. Kita berbagi ilmunya juga jadi lebih mudah,” pungkasnya. (ayunda/aan)