PWMU.CO– Syukur bisa jadi mood booster hadapi pandemi Covid-19. Hal disampaikan Ustadz Dr Heri Rifhan Halili MPdI saat mengisi khotbah Jumat di kawasan Kampung Pemulung Keputih Tegal Timur Surabaya, 3 September 2021.
”Membangun semangat juang dalam menghadapi pandemi tak hanya bisa dilakukan dengan mengokohkan kesabaran, namun juga dengan menguatkan rasa syukur dalam diri,” kata Heri Rifhan Halili.
Mubaligh yang tergabung dalam Gerakan 1000 Dai Agen Perdamaian LDK Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim itu menyampaikan, dalam menghadapi musibah memang sikap utama yang harus dihadirkan adalah kesabaran.
Sementara saat mendapat nikmat sikap utama yang diberikan adalah syukur. ”Namun sebenarnya dua sikap ini yakni sabar dan syukur bisa saling melengkapi baik dalam musibah atau pada nikmat yang kita terima,” ujarnya.
Menurutnya, saat menghadapi masa pandemi, ketika diingatkan untuk bersabar maka ada kalanya seseorang pada titik tertentu mulai merasa rapuh pertahanan kesabarannya, sehingga mulai cenderung berkeluh kesah, merasa kalut dengan sulitnya keadaan dan akhirnya berputus asa. Baik saat ia berjuang melawan sakit yang diderita akibat covid-19, atau dalam pekerjaan yang mengalami kendala keterbatasan akibat pandemi.
”Pada kondisi mulai rapuhnya kesabaran, kita bisa memperkuatnya kembali dengan menanamkan rasa syukur. Yang mulai goyah kesabarannya karena sulitnya pekerjaan, bersyukurlah sebab ia masih dikaruniai kesehatan sehingga masih bisa berusaha yang lainnya. Yang sedang isoman dan mulai tak sabar, bersyukurlah karena tak sampai harus dirawat di rumah sakit,” tuturnya.
Mereka yang dirawat di rumah sakit dan mulai merasa tak kuat kesabarannya, tambah dia, bersyukurlah karena masih mendapatkan penanganan medis tak seperti mereka yang kesulitan mengakses rumah sakit.
” Yang mungkin tak mendapat penangan medis, bersyukurlah masih ada keluarga yang mendampingi. Begitu seterusnya, tumbuhkan terus rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah lainnya, maka rasa syukur itu akan menjadi mood booster menghadapi pandemi,” ujar dosen STAI Muhammadiyah Probolinggo.
Sehat Ruhani
Bagaimana dengan pasien Covid-19 tingkat paling berat? Apa yang bisa terus menjadi penguatan kesabarannya? Pengasuh program al-Quran di Radio Suara Muslim Surabaya itu menjelaskan, paling penting bagi pasien berat tadi adalah masih memiliki kesehatan ruhani, kesehatan hati, kesehatan jiwa spiritual yang tak ternilai harganya. Itulah yang harus terus disyukuri.
”Dalam agama, sakit jasmani itu bukan keburukan, justru mendatangkan ampunan dan pahala yang besar. Keburukan itu adalah sakit ruhaninya, sakit hatinya, yang dalam al-Quran disebut fi qulubihim marodhun, dalam hati mereka ada penyakit,” ujarnya.
Karena itulah, sambung dia, saat Nabi Ayyub diuji dengan sakit yang luar biasa, tetap tegar dan terus menjaga hatinya dengan berdzikir dan bertaqarrub kepada Allah. Meski sakit fisiknya atas ujian Allah, yang penting tetap sehat spiritualnya memiliki qolbun salim, hati yang sehat, yang mendatangkan keridhoan Allah.
”Orang yang mampu terus menguatkan rasa sabar dan syukur dalam bahasa al-Quran disebut shobbarin syakur, yang terus tegar dalam kehidupan, apapun yang terjadi ia mampu menghadapinya dengan tenang, tidak berputus asa, tetap optimis. Itu semakin menambah daya juangnya untuk memiliki semangat yang kuat agar sembuh dari sakit, bersemangat agar bangkit dari musibah yang dihadapinya seperti terbatasnya pekerjaan dan kesulitan ekonomi yang dirasakan akibat dampak pandemi,” kata pembina agama di kampung pengelolaan sampah TPA Keputih Tegal bersama Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya sejak 2007 lalu itu.
Penghasilan Turun
Salah satu jamaah warga Kampung Pemulung Keputih Tegal Surabaya, Armuji, mengatakan, kehidupan warga di kampungnya yang mayoritas bekerja sebagai pengumpul dan penyortir barang rongsokan dan pengolah sampah juga mengalami dampak dari pandemi Covid-19 ini, utamanya dari sisi ekonomi.
Dia bercerita, warga yang hasil mengumpulkan barang rongsokannya masih belum bisa dijual, karena pengepul dan pabrik yang biasa membeli bahan baku dari sampah sekarang ini juga terdampak pandemi. Mereka juga mengurangi produksinya dengan penurunan yang drastis.
”Tapi alhamdulillah ada beberapa bantuan yang diterima warga sini. Insyaallah kita syukuri apa yang masih bisa kita usahakan saat ini seperti kata Pak Ustadz tadi,” ujar Armuji yang juga takmir Masjid al-Qomariyah Keputih Tegal Surabaya itu. (*)
Editor Sugeng Purwanto