PWMU.CO– Pesan Prof Emil Salim untuk Aisyiyah ditulis saat utusan LEAD (Leadership for Environment and Development) Indonesia, sebuah LSM lingkungan hidup, bersilaturrahim kepada mantan menteri itu di rumahnya Jl. Patra Kuningan Jakarta Pusat, Rabu (1/9/2021).
Utusan LEAD terdiri dari Hening Parlan yang juga Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB (Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana) PP Aisyiyah. Lalu Brigitta dan Swary Utami. Sebelum pertemuan dilakukan pemeriksaan swab antigen.
Hening Parlan menceritakan, perbincangan dengan Begawan Lingkungan Indonesia Prof Emil Salim berlangsung hangat selama dua jam. Kunjungan ini sehubungan dengan penulisan buku LEAD untuk tahun 2045.
Program LEAD merupakan program leadership untuk lingkungan yang berkelanjutan diinisiasi oleh banyak tokoh lingkungan di antaranya Dr Erna Witoelar, Prof Dr. Emil Salim, dan almarhum Muhammad Saleh Kismadi MA.
Dalam kesempatan itu Hening Parlan juga mengenalkan Aisyiyah kepada Prof Emil Salim. ”Saya juga memperkenalkan Aisyiyah yang banyak program lingkungan dilakukan untuk perempuan di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Emil Salim lantas memberi pesan khusus untuk Aisyiyah yang ditulis di atas kerta. Dalam pesan Prof Emil Salim menyampaikan,”Yang bedakan manusia dengan hewan adalah daya nalarnya, sedangkan hewan tak punya daya nalarnya. Hidup di dunia dimenangkan oleh mereka yang mengembangkan daya nalarnya dengan pendidikan, Scientist, Technology, Engineering, Mathematika dan Humanity (STEMH). Kuasai STEMH dan Aisyiyah bisa bangun peradaban manusia.” Di bawah tulisan itu digoreskan tanda tangannya.
Prof Emil Salim, tambah dia, juga berpesan, sumber daya manusia saat ini masih muda-muda. Bahkan saat ini usia 15 tahunan itu yang harus digenjot. Karena dengan anak-anak muda itu, maka sumber daya alam diselamatkan, masa depan akan sangat baik.
Hening menuturkan, dalam pertemuan itu mantan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup Kabinet Pembangunan IV-V periode 1983–1993 mengemukakan pokok-pokok pemikirannya untuk masa depan bangsa yang berkelanjutan dengan fokus pada sumberdaya manusia.
”Kata Prof Emil Salim, karena di sinilah kunci dari kemajuan bangsa. Tantangan kondisi pandemi Covid-19 tentu sangat berbeda dengan kondisi lainnya,” katanya.
Generasi muda, sambung dia menirukan Prof Emil, juga harus mendapatkan perhatian khusus terkait dengan sumber daya. ”Alam tidak boleh dikeruk terus menerus karena alam akan melakukan perlawanan dengan melahirkan bencana,” tuturnya. (*)
Penulis Maslahul Falah Editor Sugeng Purwanto