Kaitan Hikmah Prokes dengan Ajaran Islam. Mama Dedeh menyampaikannya dalam Pengajian Orbit Virtual, Kamis (9/9/21) malam.
Pendakwah bernama lengkap Dedeh Rosidah Syarifudin atau yang lebih dikenal dengan Mama Dedeh mengajak peserta mengambil hikmah dari musibah pandemi Covid-19 yang berujung adanya penggalakan protokol kesehatan.
Optimis, Banyak Hikmah Musibah
Sebelumnya, Mama Dedeh mengajak untuk optimis dalam menghadapi musibah yang banyak hikmah. Dia mengutip salah satu ayat al-Quran, “Sesuatu yang kamu senang ternyata buruk buat kamu, karena Allah sangat tahu kebutuhan kalian, kalian tidak tahu apa-apa.”
Salah satu hikmahnya, misal ketika menyikapi anak-anak sekolah dari rumah. “Ibu-ibu muda yang tadinya tidak tahu kulakukan anaknya bagaimana, sekarang jadi tahu,” ujarnya.
Selain itu, ada juga hikmah banyaknya imam sesudah dan sebelum pandemi. Sebelum pandemi masjid ramai dengan jamaah ratusan orang dan seorang imam. “Gara-gara Corona, Masyaallah, cucu saya dia nggak pernah jadi imam, dia jadi imam!”
Paling banyak imamnya, kata Mama Dedeh, dua kali Ramadhan sekarang. “Karena setiap keluarga ada imamnya (di rumah masing-masing), dan ini melatih menantu, anak, dan cucu kita berani menjadi imam,” terangnya.
Begitu pula dengan yang sebelumnya suami sibuk bekerja dan istrinya hanya enak-enakan, ternyata perusahaan suaminya bekerja ditutup dan suaminya di-PHK. “Allah berkehendak, mereka (istri) bikin usaha. Bikin kue, makanan, mereka tukar-menukar jualan mereka, ini hikmahnya! Yang tadinya nggak pernah masak jadi masak,” jelas Mama Dedeh.
Dia pun mengajak untuk tetap berusaha dan optimis. “Luar biasa hikmah Corona, kenapa harus pesimis? Optimis jalani kehidupan!” tegasnya.
Hikmah di Balik Prokes
Dengan rajin mencuci tangan, kata dia, ada hikmah di baliknya. “Cuci tangan artinya jangan sembarangan megang hak orang. Hindarkan hak orang, jangan diambil oleh kita. Haram!” tegasnya.
Muslim sejak dulu mendapat perintah berwudhu minimal lima kali dalam sehari. Setiap kali bewudhu, membasuh (mencuci) tangan sebanyak tiga kali. Jadi dalam sehari, minimal, seorang Muslim ‘mencuci’ tangannya sebanyak 15 kali. “Dari dulu kita mah cuci tangan minimal 15 kali, tiga kali lima,” tutur Mama Dedeh.
Diperintahkan juga process tutup mulut dengan masker. Hikmahnya, menurut Mama Dedeh, tidak banyak bicara yang belum tentu kebenarannya. “Jangan pada bawel, kebanyakan ngomong, apalagi hoax!” terang perempuan berusia 70 tahunan itu.
Jika tidak menjaga mulut, Mama Dedeh mengingatkan bisa menyusahkan suatu kaum dan menyesal. Kata dia, ini sesuai pepatah “mulutmu harimaumu”. Dia mencontohkan, “Sekarang banyak orang berantem gara-gara mulut.”
Kalau dulu hanya dari ucapan mulut, lanjutnya, sekarang juga dari jemari yang mengetik. Sebenarnya, Muslim telah diimbau sejak dulu untuk menjaga mulutnya, sebagaimana perintah Rasul SAW, yang itu diukur dengan keimanan:
“Man kana yu’minu billahi walyaumil akhir falyaqul khairann au liyashmut.” Artinya, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam.
Imbauan Jaga Perkataan
Ada banyak bukti yang Mama Dedeh paparkan ketika seseorang tidak menjaga mulutnya, bisa merugikan dirinya sendiri. “Survei membuktikan, gara-gara mulut dipenjara, dipukulin orang, di-PHK, saling bunuh,” terangnya.
Karena dalam al-Quran, Muslim juga diimbau untuk menjaga perkataan yang tidak tahu ilmunya. Maka dari itu, dia menganjurkan untuk optimis tapi tetap menjaga dari perkataan yang mencampuri urusan orang lain. “Jangan kepo (ingin tahu), jangan sotoy (sok tahu) jadi orang!” ujarnya.
Karena sekarang itu banyak dia temui di medsos, Mama Dedeh juga mengingatkan pesan dalam al-Hujurat ayat 12, “Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.”
“Megomentari orang, kenal juga nggak, teman bukan, tetangga bukan, kepo, berantem! Semua diomongin, nggak ada gunanya,” ungkap Mama Dedeh.
Dia menduga, itu banyak terjadi karena kini manusia kurang kerjaan selama pandemi. “Yang biasa keluar jadi nggak keluar, karena banyak aturan tidak boleh keluar dari rumah, yang ada HP,” jelas pendakwah kelahiran Ciamis itu.
Karena Allah sangat tidak suka dengan perilaku ini, Allah mengibaratkan seperti manusia memakan daging saudaranya yang sudah busuk. “Pasti kamu jijik! Naudzubillahimindalik!” ucapnya.
Perbanyak Koreksi Diri
Maka dari itu, atas musibah yang datang kepada kita, Mama Dedeh mengajak memperbanyak koreksi diri. “Jangan hanya saling menyalahkan, nggak ada gunanya, siapa sih manusia yang nggak pernah salah?” terang dia.
Karena hanya Allah yang sempurna, sedangkan manusia tempat salah dan lupa, maka Mama Dedeh mengingatkan bagaimana sekarang perlu mengoreksi diri. Bisa jadi, lanjutnya, kesalahan kita lebih banyak daripada kesalahan orang lain.
“Jangan menunjuk orang lain, gara-gara Anda! Ketika kita menunjuk orang lain, telunjuk yang menunjuk orang hanya satu, tapi yang menunjuk kita ada tiga,” jelasnya.
Harusnya ketika terkena musibah perlu berkaca, karena jangan-jangan diri kita sendiri pernah dzalim. “Pernah nggak ngomong nyakitin orang? Menyinggung, menyindir, mengambil atau menahan hak orang lain?” kata Mama Dedeh.
Melalui al-Qasas 59, Mama Dedeh menjawab mengapa Allah mengazab manusia, “Tidak bakal Allah mengazab suatu kota/negeri, sehingga Allah mengirim Rasul-Nya yang menyampaikan ayat-ayat Allah dan Allah akan mengazab kalau mereka semuanya berbuat zalim.”
Ajaran agama, al-Quran dan hadits Rasul, sudah sampai ke kita dan Mama Dedeh mengajak kita untuk memegang teguh. “Dua perkara yang aku tinggalkan buat kalian, kalau kalian berpegang pada dua perkara, hidup kalian pasti selamat dunia-akhirat,” ujarnya.
Dalam ayat lain juga Allah menegaskan, “Dan Aku tidak akan menghukum sesuatu karena zalim, kalau penduduknya orang-orang yang beramal shaleh.” Artinya, tambah Mama Dedeh, kita perlu mengoreksi diri, “Apakah kita semua sudah melakukan amar makruf nahi mungkar?” (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni