PWMU. CO – Empat aspek perkembangan anak yang patut diketahui orangtua disampaikan Asti Candrasasi Catur Putri MPsi Psikolog, Sabtu (11/9/21).
Dalam kegiatan Parenting SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik bertema Be Wide Parents in Dealing with Pandemic and Child Development Asti mengatakan hal pertama adalah perkembangan psikomotor.
“Mulai dari kemampuan menggambar, mewarnai, berlari, keseimbangan, menari, dan melompat,” ujarnya pada wali siswa kelas I- IV secara online.
Kedua, lanjutnya, perkembangan moral. Contohnya orangtua paham terhadap terhadap tugas dan kewajiban anak, mampu menunjukkan rasa terima kasih, dan rasa hormat.
Ketiga, perkembangan kognitif berupa kecerdasan anak. Keempat, perkembangan mental dan sosial. Bagaimana kemampuan interaksi dengan teman sebaya, atau dengan orangtua dewasa lainnya.
Keseimbangan Peran Orangtua
Asti menjelaskan peran orangtua dalam mendidik anak sangat penting. Hal ini tidak harus membedakan tugas ibu atau tugas ayah.
“Sebenarnya dalam mendidik itu tugas ayah. Entah melatih kemandirian, melatih untuk melindungi sesama, atau melatih kemandirian,” tuturnya.
Sedangkan, sambungnya, tugas bunda yaitu merawat, memberikan kasih sayang pada anak. Dari uraian ini, perlu adanya keseimbangan peran dari orangtua supaya bisa lebih optimal dan berkualitas.
Tiga Tahap Perkembangan Anak
Asti memaparkan dalam perkembangan anak, hal pertama yang perlu diketahui adalah Gols of this Presentation.
“Orangtua harus memiliki skill baru dalam mendidik dan memberikan pengajaran kepada anak selama belajar di rumah (BBDR),” jelasnya.
Orangtua, lanjutnya, harus mampu dan memiliki skill lebih dalam merawat kondisi psikologis anak sehingga kesehatan mental terjaga.
Tahap kedua, sambungnya, orangtua harus mempelajari perkembangan sepanjang rentang kehidupan, dari balita, anak, remaja, sampai dewasa.
“Hal ini untuk membantu, menolong, antisipasi, untuk berpikir, supaya kita tahu kondisi anak kita itu wajar atau tidak wajar. Anak bisa berpikir lebih dewasa lagi untuk pembelajaran ke depan,” katanya.
Ketiga, perkembangan anak usia 6-12 tahun. Pada tahap ini anak mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain dan belajar menyesuaikan diri dengan teman seusai.
“Mulai mengembangkan peran sosial laki-laki dan perempuan maupun mengembangkan keterampilan dasar untuk calistung,” jelasnya.
Dampak School form Home
Asti mengatakan selama melakukan School form Home (SFH), anak akan mengalami metamorfosis. Dia akan beradaptasi dengan keadaan baru, kondisi baru.
“Yang awalnya anak belajar bersama gurunya di sekolah, sekarang mereka belajar bertatap muka menggunakan leptop. Maka kita harus waspada dalam kesehatan matal,” ucapnya.
Dia memaparkan dampak SFH adalah anak menjadi sulit diajak belajar, terutama untuk fokus. Dia menjadi sering main HP (game, tik tok, YouTube).
Selain itu, lanjutnya, dampak juga dirasakan orangtua. Kita (orangtu) menjadi stress karena kurang mempunyai pengalaman mengajar dan juga tuntutan pekerjaan yang harus dituntaskan.
Generasi Pemenang
Kepala SD Mugeb M Nor Qomari SSi mengatakan orangtua memiliki peran dalam menjadi anak sebagai generasi pemenang.
“Agar tujuan tersebut tercapai, sekolah akan bergandengan tangan dengan orangtua untuk menjadikan anak-anak kita bisa meraih bintang, prestasi yang diinginkan,” harapnya.
Sinergi ini dan lantunan doa kita, tekannya, yang bisa mengantarkan dan membawa anak-anak kita bisa meraih sukses.
“Pandemi bukan halangan untuk berhenti belajar. Sekolah dan orangtua harus bersama-sama menjadikan anak menjadi tangguh dan mampu meningkatkan potensi diri,” tandasnya. (*)
Penulis Novita Zahiroh. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post