Berbagi Jumat Berkah Turun Temurun oleh Lambang Saribuana, Ketua Kantor Layanan Lazismu Manggarai Jakarta.
PWMU.CO– Seseorang bertanya, ”Mas, sampean kok semangat banget berbagi Jumat berkah? Kok semangat banget ngurusi Lazismu?”
”Iya nih, seneng saja. Aku juga ora ngerti kenopo.”
”Sampean entuk duit seko Lazismu yo, Mas?”
Jedeeer…!!!!
Sontak saya tatap matanya sangat tajam. Emosi saya memuncak. Gemas rasanya.
Saya tarik nafas panjang, mengatur nafas. Menenangkan perasaan. Syukurlah akhirnya bisa mengontrol diri. Sambil memaksakan senyum saya jawab,”Menurutmu begitukah?”
Menurut anda, apakah semua harus demi uang?
”Jare sampean sing penting cuan. In cuan we trust.”
Hm … Begitu yah ?
Itu persepsi anda. Persepsi bukanlah fakta sebenarnya. Persepsi sangat dipengaruhi oleh masa lalu seseorang. Baik dan buruk persepsi seseorang, tergantung dari masa lalunya. Persepsi berbanding lurus dengan masa lalu.
Menurut saya, berbagi manfaatnya sangat banyak. Bukan hanya untuk saya pribadi, akan tetapi untuk keluarga. Terutama untuk anak-anak saya.
Setiap hari Jumat saya beserta istri bahu-membahu memasak. Bangun sebelum Subuh. Hanya untuk mempersiapkan makanan 100-200 porsi. Grubag-grubug dari dini hari sebelum ayam berkokok untuk memastikan makanan matang tepat waktu.
Siangnya, makanan itu dibagikan begitu saja kepada orang lain. Jujur, ini sangat melelahkan dan menguras tenaga. Tapi kami menganggap ini adalah cara keluarga kami mengajarkan ke anak-anak. Mengajarkan bahwa berbagi adalah sebuah jalan terbaik. Jalan yang harus ditempuh.
Anak-anak saya, sudah sangat paham. Bahkan semenjak mereka mampu melihat untuk pertama kali. Mereka selalu melihat kedua orang tuanya setiap hari Jumat sangat sibuk. Bukan sibuk memupuk harta, akan tetapi sibuk memasak untuk sesama.
Anak-anak saya, sudah sangat mengerti. Bahkan semenjak mereka mampu mendengar untuk pertama kali. Mereka bisa mendengar bahwa kedua orang tuanya menenggelamkan diri di dapur untuk sebuah asa.
Saya berharap, kelak anak-anak saya menjadi orang yang terdepan dalam gerakan berbagi Jumat berkah. Kelak saat saya dan istri sudah meninggal, gerakan berbagi bukan hanya kenangan dalam tulisan. Melainkan suatu perbuatan yang diwariskan secara turun temurun. Kegiatan yang sudah diajarkan kedua orang tua saya dulu. Saat saya masih orok hingga dewasa.
Jadi….,
Saya lakukan ini semua demi anak anak. Bukan demi yang lain. Ada atau tidak ada Muhammadiyah, saya tetap berbagi. Dengan atau tanpa Lazismu, saya juga akan tetap berbagi. Semoga…
Selama saya masih bernafas, selama itu pula saya akan berbagi. Hingga nafas yang akan menghentikan langkah ini.
Editor Sugeng Purwanto