PWMU.CO – Muhammadiyah cirine kudu urip. Ciri Muhammadiyah itu hidupnya harus bergerak disampaikan H Ihksan Budiono SH MPd dalam pengajian rutin PCM Kedungiring Jumat Pahing, (17/9/21).
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tlanak Kedungiring Lamongan itu mengatakan resep ini sebagai modal supaya Muhammadiyah tidak bisa mati.
“Maka, ada cara pertama yang harus dilakukan adalah berjihad,” ujarnya.
Dalam pengajian yang digelar di Masjid Baiturohman Muhammadiyah Desa Tlanak ini dia memberikan contoh sosok KH Ahmad Dahlan yang telah ratusan tahun meninggal, namun seakan-akan beliau masih hidup di tengah kita.
Kudu Duwe Kader
Ihksan Budiono mengungkapkan resep kedua adalah kudu duwe (harus punya) kader anak shaleh. Kader inilah yang akan meneruskan Muhammadiyah ke depannya.
“Sedangkan resep ketiga gelem (mau) shadaqoh,” tuturnya, singkat.
Dia menerangkan Muhammadiyah telah menjadi contoh terdepan dalam hal Gerakan dakwah sosial. Inilah bukti gerakan Muhammadiyah di tingkat ranting maupun cabang.
Jamaah Semakin Gayeng
Ketua Majelis Dikdasmen PCM H Sunaryo, dalam sambutannya mengatakan geliat Kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Baiturohman semakin banyak.
“Dari kajian rutin, Jumat berkah, dan yang baru di rintis adalah Gerakan Santunan Dhuafa lewat Zakan Indak Shadaqoh (ZIS) masjid,” katanya.
Dia memaparkan kegiatan semakin berwarna. Alhamdulillah, lanjutnya, pekan ini takmir masjid telah memberi santuan 12 kg beras kepada seriap 6 dhuafa sekitar masjid.
“Semoga jamaah di masjid ini semakin gayeng dan semakin banyak,” jelasnya.
Masjid Mewah
Hal senada juga disampaikan Ketua Majelis Tabligh PCM Kedungpring, Morgono SPd. Dia mengatakan Masjid Baiturohman Muhammadiyah ini bisa dikatakan sebagai masjid mewah (mepet sawah).
“Meskipun demikian, kegiatannya pun semakin banyak. Harapannya, jamaahnya juga semakin bertambah untuk bisa ikut kegiatan yang diselenggarakan takmir masjid,” tuturnya.
Jamaah, sambungnya, akan bisa aktif dalam kegiatan yang digelar masjid. Inilah, tegasnya, yang dikatakan meramaikan masjid itu.
Dalam kajian ini juga dihadiri pimpinan harian, Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Kedungiring, Pemuda Muhammadiyah, Guru SMK Muhammadiyah, dan santri al-Muhajir. (*)
Penulis M Mandom. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.