• Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
  • Login
Selasa, Juli 8, 2025
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
lazismu
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Khianat Superkeji PKI September 1948

Minggu 19 September 2021 | 06:29
in Kolom
2.6k 106
0
852
SHARES
2.7k
VIEWS
SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
ADVERTISEMENT
Khianat Superkeji PKI September 1948

Khianat Superkeji PKI 18 September 1948. Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku “Jejak Kisah Pengukir Sejarah”

PWMU.CO – Khianat, perilaku terlarang! Tapi, Partai Komunis Indonesia (PKI) lebih dari sekali melakukannya. Pemberontakan PKI, di Madiun pada 18 September 1948, adalah salah satunya. Modusnya, sangat keji, yaitu dengan menghabisi target (terutama dari kalangan kiai dan santri) dengan aneka cara yang sangat sadis.

Cara PKI membunuh, sungguh di luar batas kemanusiaan seperti dengan membantai, menyeret dalam jarak sangat jauh, membakar, atau mengubur hidup-hidup. Berikut ini, semacam ringkasan dari buku yang baru terbit yaitu Juni 2021 berjudul Politik Kaum Santri dan Abangan: Refleksi Historis Perseteruan NU-PKI. Buku setebal xvi + 255 halaman ini ditulis Dhurorudin dan diterbitkan Pustaka Al-Kautsar Jakarta.

Bahasan yang dimaksud ada di bawah topik: “Tragedi Madiun 1948: Manifestasi Permusuhan Historis-Ideologis”. Cukup panjang, ada di halaman 175-182.

umsurabaya umsurabaya umsurabaya
ADVERTISEMENT

Bangkit dan Teror

Di awal kemerdekaan Indonesia, eksistensi kaum komunis telah menjadi trauma tersendiri terutama bagi kaum santri. Hal ini, dipicu oleh kekejaman kaum komunis yang telah dirasakan terutama di Jawa Timur.

Ketika pemerintah mengeluarkan Maklumat X pada November 1945 tentang seruan mendirikan partai politik, PKI langsung mendeklarasikan diri sebagai partai politik terbuka. Sebagai partai berideologi proletariat, propaganda kaum komunis diarahkan ke wilayah minus secara ekonomi, ditambah wilayah yang keislamannya masih “terbelakang”.

PKI di tahun 1947 sudah berkonsolidasi, nyaris merata. Kepengurusannya sudah menjangkau pedalaman. Ada di Madiun dan sekitarnya seperti Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Ngawi, dan Bojonegoro. Ada juga di Boyolali, Purwodadi hingga Pati. Terus, melingkar sampai Magelang, Klaten, Solo, dan Wonogiri. Semua menjadi basis pengembangan PKI.

Dengan peta seperti itu, PKI mulai berani melakukan provokasi. Di berbagai wilayah basis, mereka membuat aksi yang bisa menimbulkan kecemasan dan disintegrasi sosial. Mereka melakukan teror, memunculkan berbagai perampokan.

Aksi mereka sepintas seperti kriminal biasa, tapi setelah diselidiki ternyata para bromocorah itu adalah anggota (atau minimal mendapat restu pimpinan) PKI setempat. Bagi yang ingin selamat dari perampokan, pencurian dan penganiayaan, maka mereka harus menjauhi tokoh agama dan akan lebih baik bila bergabung dengan PKI. Sekaligus, hal ini menjadi bukti bahwa kaum santri menjadi target dan agama menjadi sangat dimusuhi (h.176).

Langkah NU

Untuk membangun ketenangan umat sekaligus mencegah perluasan manuver PKI, NU (kala itu masih menjadi bagian dari Partai Masyumi) menyelenggarakan muktamar ke-7 di Madiun pada 24 Mei 1947.

NU sengaja menyelenggarakan kegiatan nasional di pusat nasional PKI, di Madiun. Pada acara itu, Rais Akbar NU KH Hasyim Asy’ari (yang kala itu juga menjadi pimpinan Masyumi) memberikan pidato pembukaan. Berikut ini, intinya:

Pertama, telah tersebar ajaran historis materialisme yang berpandangan bahwa tiada realitas di dunia kecuali benda, tidak ada roh, tidak ada alam ghaib dan tidak percaya adanya kehidupan sesudah mati.

Kedua, ajaran ini sangat berbahaya bila tertanam dalam jiwa pemuda karena akan mengubah keyakinan dasar terhadap agama Islam.

Ketiga, diserukan agar para ulama menyatukan dan mengokohkan barisan, untuk melawan.

Keempat, diakui bahwa PKI telah menjadi kekuatan besar, namun ulama akan mampu mengalahkan golongan besar karena kehendak Allah.

Sejak itu, NU langsung berkonsolidasi. Kantor PBNU bahkan dipindah dari Surabaya ke Madiun. Tak pelak lagi, kesibukan para tokoh terpusat di Madiun. KH Wahab Hasbullah yang ditugaskan mengonsolidasikan NU dan Hizbullah se-Jawa (untuk menghadapi agresi Belanda sekaligus komunis) langsung mengadakan konsolidasi di Ngawi. Adapun KH Yusuf Hasyim berkonsolidasi di Madiun.

Seiring gerakan NU ini, aparat kepolisian yang semula gamang akhirnya berani bertindak menegakkan hukum. Kawanan rampok di Desa Bendungan Trenggalek (yang dianggap sentra PKI) digrebek. Ternyata, mereka terdiri dari para warok dan bromocorah komunis dari berbagai daerah termasuk Ponorogo.

PKI Berontak

Menyikapi gebrakan NU ini, Muso dan Amir Syarifudin pada Agustus 1948 mengadakan serangkaian rapat umum di berbagai kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sementara, penjagaan Madiun dipercayakan kepada kader PSI-Pesindo, Sumarsono dan kawan-kawan.

Rangkaian rapat umum PKI ternyata bukan sekadar unjuk kekuatan, sebab pada 18 September 1948 tengah malam Sumarsono bahkan memproklamasikan Pemerintah Front Nasional (sebagai lawan dari pemerintahan RI) sebagai cikal-bakal berdirinya negara komunis, Negara Soviet Madiun (h.177).

Pertama sekali PKI melumpuhkan markas tentara, kantor polisi, lalu menyerang kantor-kantor pemerintahan. Langkah berikutnya menjebol penjara, membebaskan para bromocorah untuk dijadikan pasukan PKI. Kantor Residen Madiun dikuasai. Hal serupa terjadi juga di Magetan, Ngawi, Ponorogo, dan Pacitan.

Berikutnya, perhatian PKI tertuju pada upaya melumpuhkan kiai dan pesantren. Hal ini, karena PKI sadar bahwa: 1).Pesantren merupakan saingan terberat dalam melakukan revolusi sosial karena mereka lebih dipercaya dibanding PKI yang cenderung ditakuti. 2).Pesantren merupakan benteng strategis untuk mempertahankan NKRI.

Atas pertimbangan itu, setelah melumpuhkan TNI dan polisi maka berikutnya kiai dan pesantren dijadikan sasaran oleh PKI. Melalui slogan “Pondok bobrok, langgar bubar, santri mati”, PKI mulai melakukan teror “tangkap-bantai”. Berdasar itulah maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa di awal kemerdekaan Indonesia eksistensi kaum komunis telah menjadi trauma tersendiri terutama bagi kaum santri (h.179).

Horor September 1948

Meski sejak 1947 NU sudah berkonsolidasi, tapi gerak cepat dan besarnya pendukung PKI lebih berpengaruh secara signifikan. Pemberontakan PKI sulit dibendung. KH Yusuf Hasyim yang kala itu di Madiun, terpaksa harus keluar karena PKI berkeliaran dengan senjata.

Terjadilah horor yang sangat memerihkan kalbu. Di Desa Bangsri Madiun, PKI berhasil merampas harta warga santri. Langgar dan masjid dibakar, belasan santri dimasukkan ke sumur sumur tua.

Pada 24 September 1948 Kampung Kauman Madiun diserbu, sekitar 72 rumah dibakar, 149 warga pria diikat dan digiring ke Maospati untuk dimasukkan dalam lubang pembantaian. Namun, mereka berhasil diselamatkan pasukan pro-Republik. Hal serupa juga terjadi Ponorogo, Magetan, Ngawi, Pacitan dan Trenggalek.

Berikut ini sebagian kisah penderitaan tak terperikan yang dialami sejumlah kiai dan keluarga pesantren. Para Kiai tersebut saat itu sedang tidak mendapat pengawalan. Jadilah mereka sasaran PKI.

Di Madiun, pada 19 September 1948. KH Muhammad Nur beserta 14 kiai Pesantren Takeran dibunuh lalu dimasukkan dalam sumur bersama ratusan korban lain.

Di Magetan, KH Imam Shafwan pemimpin Pesantren Kebonsari bersama dua putranya dibunuh. Kiai di pesantren lain juga demikian. Adapun sentra penyiksaan, tempat paling mengerikan, adalah lubang pembantaian Sumur Soco dengan kedalaman 12 meter yang di dalamnya ditimbun 108 santri.

Di Ngawi, Kiai Sepuh Dimyati di Pesantren Tanjung Sari Walikukun diseret dengan kuda lebih dari 10 km, lantas dicampakkan dalam sungai. Ada pula Kiai Zainal beserta 25 santrinya. Mereka dipaksa keluar dari masjid lalu dimasukkan di rumah kosong, lantas rumah itu dibakar.

Kiai yang menjadi korban aksi keji PKI banyak, termasuk kiai khos. Di antara seluruh korban, yang termasuk paling memilukan adalah terbunuhnya KH Imam Murshid. Pemimpin Pesantren Sabilul Muttaqin dan Tarekat Syatariah dari Takeran itu dibunuh pada Jum’at 17 September 1948.

Tragedi tersebut sungguh sangat menyedihkan. Hal ini, karena KH Imam Murshid berjasa membantu KH Wahid Hasyim sebagai anggota BPUPKI dalam merumuskan Mukadimah UUD 1945 sedemikian rupa isinya sangat bernuansa religius. Tentu, hal yang demikian sangat tidak disukai oleh PKI (h.182).

Korban kiai masih banyak, termasuk pemimpin Pondok Pesantren Tremas Pacitan yaitu KH Dimyati. Beliau yang juga anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) bersama belasan orang lainnya disergap, disiksa dan dimasukkan sumur kuburan massal.

Menjadi Sejarah

Kita bersyukur, pengkhianatan dan pemberontakan PKI pada 1948 segera dapat ditumpas. Bahwa, dalam tempo kurang dari sepekan, aksi PKI di Madiun dan sekitarnya dapat dipadamkan.

Selanjutnya, meski pahit, semoga kita bisa menjadikannya sebagai salah sebuah pelajaran di kehidupan ini. Belajarlah dari sejarah! (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Tags: M Anwar DjaelaniNahdlatul Ulama'Partai Komunis IndonesiaPemberontakan PKI Madiun 1948PKI
SendShare341Tweet213Share
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
ADVERTISEMENT

Related Posts

PKI
Kolom

Presiden Sukarno dan Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967

Rabu 11 September 2024 | 12:47
135
Penyesalan Presiden
Kolom

Kekuasaan Itu Mulia jika Amanat

Minggu 2 Juni 2024 | 12:14
78
Penyesalan Presiden
Kolom

Pemimpin Tak Didengar jika Makan Harta Haram

Jumat 24 Mei 2024 | 08:45
117
Penyesalan Presiden
Kolom

Cinta Ulama kepada Ilmu dan Buku, Ekspresif!

Jumat 17 Mei 2024 | 05:22
157
Penyesalan Presiden
Kolom

Haji, Menghampiri Allah dengan Cinta

Minggu 12 Mei 2024 | 07:17
213
Penyesalan Presiden
Kolom

Syarat agar Cinta Datang dari Sesama

Kamis 9 Mei 2024 | 08:49
85

Terpopuler Hari Ini

  • Kepala SD Muhammadiyah 2 Babat bersama para sesepuh, ketua pengurus, PRM Bedahan dan Ketua Dikdasmen PCM Babat. (Istimewa/PWMU.CO)

    Launching Logo 15 Tahun: SD Muhammadiyah 2 Babat Menuju Sekolah Emas

    46960 shares
    Share 18784 Tweet 11740
  • Direktur Smamita Beberkan Dampak Positif SPMB 2025 bagi Sekolah

    1481 shares
    Share 592 Tweet 370
  • Pengorbanan Guru SD Muda Babat, Rela Dedikasikan Separuh Hidupnya Demi Anak Muridnya

    9577 shares
    Share 3831 Tweet 2394
  • SD Muda Babat Juara Lomba Robotik Nasional IRTC

    74231 shares
    Share 29692 Tweet 18558
  • SD Muda Babat dan MPID PCM Babat Hadiri Milad Media Official PWM Jatim: Siap Berdakwah Literasi

    7638 shares
    Share 3055 Tweet 1910
  • Menggerakkan Ekonomi Cabang dan Ranting Muhammadiyah

    314 shares
    Share 126 Tweet 79
  • Ponpes Al-Ishlah Sendangagung Gelar Silaturahmi Sambut Santri Baru Tahun Ajaran 2025/2026

    224 shares
    Share 90 Tweet 56
  • Membagi Harta Waris yang Berstatus Agunan dan Cicilannya Dilanjutkan Salah Satu Ahli Waris

    174 shares
    Share 70 Tweet 44
  • IPM MTs Muhammadiyah 4 Bulubrangsi Ikut Suksesi Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah

    88 shares
    Share 35 Tweet 22
  • Inilah Alasan Wali Santri Pondokkan Anaknya di Ponpes Al-Ishlah Sendangagung

    68 shares
    Share 27 Tweet 17

Terkini

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    358851 shares
    Share 143540 Tweet 89713
  • Kokam Jatim Konsolidasi dan Nyatakan Sikap

    232991 shares
    Share 93196 Tweet 58248
  • Buku Saku Mudahkan Praktik Baitul Arqam Muhlibat

    231097 shares
    Share 92439 Tweet 57774
  • Kisah-Kisah dari PCIM Malaysia: Sanggar Bimbingan hingga Wasola

    171533 shares
    Share 68613 Tweet 42883
  • Siswa Disabilitas Smamsatu Borong Juara di Lomba Ini

    122381 shares
    Share 48952 Tweet 30595
  • Kelas Telkom Fiber Optik SMKM 5 Babat Diresmikan Kadindik Jatim

    122281 shares
    Share 48912 Tweet 30570

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Suara Perserikatan
  • Aisyiyah dan NA
  • Kabar
  • Kajian
    • Ngaji Hadits
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Mediamu
  • Teknologi & Gaya Hidup

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim