PWMU.CO – Jangan Takut! Asesmen Nasional Itu untuk Perbaikan Mutu Pendidikan. “Asesemen nasional (AN) bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, karena AN tujuannya adalah untuk memperbaiki mutu pendidikan.”
Pernyataan itu disampaikan oleh Dr Endah Budi Rahaju MPd ketika menjadi pemateri dalam Workshop Penyusunan Soal AKM yang diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah (SDMM) Manyar, Jalan Amuntai No 1 GKB, Gresik, Sabtu (4/9/2021).
Sekretaris Pusat Studi Literasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu mengatakan, tujuan dari survei dan asasmen nasional (AN) adalah untuk perbaikan mutu pendidikan. “Harapannya, di pembelajaran terbaru, guru diharapkan mampu memberikan pembelajaran yang bervariatif, tidak hanya meliputi ceramah dan tanya jawab,” jelasnya.
Dengan kata lain, lanjutnya, guru harus mau mengajak siswa aktif berkolaborasi dalam pembelajaran. Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di merdeka belajar.
“Yang berubah tidak asesmen saja tetapi ekosistemnya juga berubah. Gurunya harus berubah. Paradigma gurunya harus berubah, bagaimana membelajarkan siswa, pedagoginya juga berubah, kurikulumnya pun juga berubah,” tegas Endah Budi Rahaju.
Dalam AN, kata dia, terdapat tiga instrumen, yakni asesmen kompetensi minimun (AKM), survei karakter, dan survei lingkungan belajar. “Jadi, Bapak Ibu, berdasarkan pergeseran desain sistem asesmen, diinginkan pengajaran yang inovatif dan efektif. Kemudian iklim belajarnya itu menumbuhkan motivasi intrinsik siswa. Tidak cukup hanya ekstrinsik.,” paparnya.
Mengapa Literas dan Numerasi?
Endah Budi Rahaju menjelaskan, dasar yang ditanam di AKM meliputi literasi membaca dan numerasi. Mengapa kok hanya dua hal ini? “Bukan berarti menganak-emaskan mapel matematika dan bahasa Indonesia. Bukan,” tegasnya.
Ia mengatakan, literasi membaca dan numerasi merupakan kompetensi dasar untuk mempelajari mata pelajaran apa pun.
Selain literasi membaca dan literasi matematika, lanjutnya, terdapat literasi saintifik. “Tiga literasi yang meliputi literasi matematik, literasi membaca, dan literasi saintifik biasanya digunakan oleh siswa kelas IV SD di survei tes internasional, yakni Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS),” jelasnya.
Ia menambahkan, terdapat juga literasi ICT, literasi finansial, serta literasi sosial, dan budaya. “Literasi ICT ini sangat diperlukan oleh para guru untuk mengajar, khususnya di era pandemi,” ungkapnya.
Endah Budi Rahaju menyebutkan, saat proses pembelajaran diharapkan guru dapat mengarahkan siswa untuk melibatkan 4C (collaboration, communication, creativity, and critical thinking). “Dalam penerapannya, para guru telah dapat melaksanakan kolaborasi dan komunikasi, tetapi untuk kreativitas dan critical thinking masih jarang disentuh,” ujarnya.
Ia berharap para guru mulai sering membelajarkan siswa-siswi untuk berpikir kritis dan memunculkan kreativitasnya. “Dengan model pembelajaran yang melibatkan 4C dan memerhatikan literasi dasar, kualitas karakter siswa jadi meningkat,” tegasnya.
Profil Pelajar Pancasila dalam Survei Karakter
Endah Budi Rahaju mengatakan, di dalam profil pelajar Pancasila terdapat enam hal, di antaranya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotongroyong, mandiri, serta bernalar kritis dan kreatif.
“Tuntutan pembelajaran abad 21 adalah diharapkan siswa diajari bernalar kritis dan kreatif, sehingga kemudian dari hal tersebut, karakter mandiri dan gotong royong muncul. Kemudian, siswa akan peduli tentang kebhinekaan global dan sadar mengenai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME,” paparnya.
Semua kecakapan tersebut, kata dia, mengarah kepada tuntutan abad ke-21 dalam bentuk asesmen nasional (AN). “Dengan demikian, AN bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, karena AN tujuannya adalah untuk memperbaiki mutu pendidikan,” tegasnya.
Dalam hal ini, lanjutnya, AN yang telah dilakukan oleh guru dan siswa akan berpengaruh pada hasil penilaian mutu sekolah. “Berdasarkan hasil dari AN nanti harapannya sekolah dapat memperbaiki kualitas pembelajaran,” jelasnya.
Endah Budi Rahaju menawarkan, berdasarkan standar operating procedure (SOP) asesmen nasional tahun 2021, tujuan asesmen pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu. Asesmen dilakukan tidak hanya untuk memantau dan mengevaluasi (memberi judgement atau penilaian kinerja). “Dalam hal ini, asesmen nasional dirancang agar menghasilkan informasi yang memicu perbaikan kualitas belajar mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik,” tegasnya.
Tiga Unsur AKM
Berikutnya, Endah Budi Rahaju menjelaskan, di dalam AKM literasi membaca dan numerasi keduanya terdiri atas tiga hal, yaitu konten, proses kognitif, dan konteks. Pertama, di dalam materi literasi membaca, kontennya berisi tentang dua teks, yaitu teks informasi dan teks sastra atau fiksi.
Kedua, proses kognitifnya bisa menggunakan konsep Taksonomi Barret dalam literasi membaca. Di dalam asesmen diminta untuk menemukan informasi, yakni informasi yang tersurat atau tampak. “Sementara informasi tersirat berada pada tes interpretasi dan integrasi. Adapun level yang paling tinggi berada pada tes evaluasi dan refleksi,” tambahnya.
Ketiga, tentang konteks. Karena basis dari konteks adalah stimulus, maka konteks meliputi personal, sosial-budaya, dan saintifik. “Personal berarti apa yang ada di sekitar siswa, misal ketika memberikan contoh soal mengenai makanan, maka seharusnya para guru memunculkan stimulus ke siswa mengenai makanan yang sesuai dengan selera mereka, seperti donat atau fried chicken,” jelasnya.
Dalam hal ini, kata Endah Budi Rahaju, hal-hal yang menarik bagi siswa adalah sesuai dengan konteks yang diminati anak-anak. “Di sisi lain, dalam numerasi, kontennya berisi: bilangan, pengukuran dan geometri, data dan uncertainty/ketidakpastian, serta aljabar,” ungkapnya.
Untuk proses kognitifnya, lanjutnya, numerasi menggunakan Taksonomi Bloom. “Terakhir, konteks dalam numerasi sama dengan literasi membaca yang mencakup personal, sosial-kultural, dan saintifik,” jelasnya.
Selain guru SDMM, workshop tersebut juga diikuti oleh beberapa guru dari MI Muhammadiyah 1 Gumeno, MI Muhammadiyah 2 Karangrejo, MI Muhammadiyah 3 Doudo Panceng, SD Alam Muhammadiyah Kedanyang, dan SD Muhammadiyah 1 Bawean. (*)
Penulis Ayu Triria Puspita Devi Editor Mohammad Nurfatoni