PWMU.CO – Ada 5 metode dalam pembentukan karakter anak, yaitu menimbulkan rasa ingin tahu anakk (curiousity), mengajak anak berdiskusi (share), anak merencanakan apa yang akan dilakukan (planning), anak melakukan rencana yang disusun (planning), dan mengevaluasi apa yang telah ia lakukan (reflection).
Demikian ceramah pendidikan yang disampaikan Dra Tutik Widyaningsih MPsi sebagai guru tamu dalam Klinik Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 4 Desa Brangsi, Kecamatan Laren Lamongan, Sabtu (17/12).
(Baca: Lagi, SMP Mapan Jadi Juara Kepanduan dan Ingin Bahagia Carilah Masalah, Resep Hidup Sukses Bupati Bojonegoro)
Dalam ceramah yang bertema “Peran Pendidik dan Orangtua dalam Membentuk Karakter Anak menuju Generasi Unggul” ini, Tutik juga menyampaikan perlunya pengayaan dalam 4 H, yaitu heart (hati, rasa seni), hand (tangan atau ketrampilan), head (kepala, otak atau pemikiran), dan healt (kesehatan).
Tutik juga membahas dua pola pendidikan karakter yang sering diterapkan oleh masyarakat, yakni sterilisasi dan imunisasi. “Sterilisasi bermakna anak dijauhkan dari realitas. Orangtua dan guru sering mengatakan jangan terhadap anak,” tuturnya. Menurut Widiyswara Badan Diklat Jatim itu, model sterilisasi tidak efektif dan menjadikan anak berstandar ganda.
Sedangkan pola imunisasi, kata dia, anak didekatkan pada realitas dan diberikan pemahaman konsekuensi. “Maka anak akan menjadi kokoh dalam berbagai situasi.”
(Baca juga: 5 Tausiyah Kebangsaan Amien Rais untuk Pembentukan Karakter Bangsa dan Tiga Wajib bagi Orangtua dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini)
Klinik Madrasah (KM) adalah tradisi yang khas Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 4 Brangsi. Menurut kepala sekolah Sumarianto SPd, KM merupakan wahana silaturrahim dan tukar informasi antarwarga madrasah. “Dari KM kita bisa merespon umpak balik, baik sesama wali siswa, wali siswa dengan guru, guru dengan siswa, atau dengan guru tamu yang dihadirkan,” kata dia. KM diadakan setiap awal tahun pelajaran dan setiap tiga bulan sekali tepat setelah pelaksanaan penilaianhasil belajar siswa.
Sumarianto menambahkan bahwa KM ini direspon positif. “Setiap KM dihadiri rata-rata 98-99 persen. Yang absen pun selalu izin. Kehadiran mereka pun lebih awal 30 menit dari acara,” kata mantan Kepala SMP Muhammadiyah 21 Brangsi.
(Baca juga: 2 Hari di Maluku Utara: Mendikbud Apresiasi Peran Swasta dalam Bantu Pemerintah Atasi Pendidikan)
Selain Tutik Widyaningsih, beberapa tokoh yang pernah menjadi Guru Tamu dalam KM adalah Bagoes Suyoto MPSi (Konsultan dan Psikolog dari Surabaya), Kasubag TK/SD Dinas Pendidikan Lamongan Drs Shodiqin MPd (sekarang Ketua PDM Lamongan), Drs Lutfi MPd (anggota Majelis Dikdasmen PDM Lamongan), Ali Mahfudl SAg SH (anggota DPRD Lamongan dari Fraksi PAN), dua Dokter Muda (Abdus Surur dan Ainul Affan).
Pernah juga diundang Hanif Azhar ST, alumni Indonesia Mengajar dari Muara Enim yang telah berhasil membentuk dan mengembangkan ekstrakurikuler seni angklung madrasah. (Maslahul Falah)