Bankziska, Latihan Membangun Trust oleh Lambang Saribuana, Ketua Lazismu Manggarai Jakarta.
PWMU.CO– ”Ini tidak mudah. Bahkan sangat sulit, tapi saya yakin bisa. Program Bankziska harus menjadi role model. Menjadi program unggulan Lazismu se Indonesia.”
Itu kata Ustadz Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur, ketika membuka pelatihan pengelolaan Bankziska di Ponorogo, Sabtu-Ahad (25-26/9/2021).
Memang menarik bisa berdiskusi langsung dengan ustadz alumnus Kedokteran Hewan IPB ini di sela kesibukannya mengelola Lazismu Jawa Timur. Bayangkan, saja betapa sibuknya hari-hari ustadz ini. Habis kunjungan dari Kalimantan Selatan dan Tengah, langsung Sabtu dan Ahad mengawal sendiri pelatihan Bankziska (Bantuan Keuangan Zakat Infak Sedekah dan Keuangan Keagamaan) di Ponorogo.
Pulang dari Ponorogo langsung memimpin rapat dan berdiskusi dengan beberapa kolega di Surabaya. Hari Senin (27/9/2021) pagi sudah meluncur ke Kota Malang. Selasa (28/9/2021) pagi sudah berada di Kota Madiun.
Njenengan opo ora kesel, Ustadz? tanya saya.
”Enggak. Wis biasa begini …,” jawab ustadz berbadan tambun ini sambil terkekeh.
Ustadz, bolehkah saya tahu, tolong dijawab sejujurnya. Sebenarnya apa goal dari Bankziska? Apa big dream dari big picture-nya? End game-nya itu seperti apa?
Menurut saya, adalah tidak mungkin Lazismu bisa menyediakan dana terus menerus dengan skema qordul hasan. Saya mencoba memberi sedikit argumentasi. Sekaligus menggali informasi.
”Begini lho Pak Lambang. Kalau hari ini kita bisa memberi pinjaman tanpa bunga lalu yang bersangkutan denga senang hati membayar tepat waktu. Maka itu artinya yang bersangkutan bisa dipercaya,” kata Ustadz Zainul menjelaskan.
”Lalu kita pinjamkan lagi dengan nominal lebih besar. Jika melakukan kewajiban tepat waktu, maka trust kita kepada mereka bisa mencapai lebih dari 60%,” jelasnya lagi.
Terus setelah itu apa, Ustadz? Saya bertanya dengan exited.
Ustadz Zainul menerangkan lagi. Kalau kita bisa memastikan bahwa orang tersebut membayar tiga kali periode putaran pinjaman, artinya orang tersebut bisa dipercaya. Orang tersebut bisa dikatakan trustable atau dalam bahasa kredit disebut bankable.
Orang yang berstatus bankable dan trustable, dibutuhkan perbankan. Kita rekomendasikan orang-orang ini ke BTM (Baitut Tamwil Muhammadiyah).
Kalau kita sendiri, Lazismu Jatim, memang hanya pentasyarufan. Tetapi BTM pasti bisa mengkapitalisasi ini menjadi bisnis. Karena seluruh lembaga keuangan membutuhkan itu.
Hm…. Saya dibuat manggut-manggut mendengar ide brilian sang Ustadz. Tak ada sanggahan lagi. Perfecto idea.
Saya jadi teringat apa yang pernah dikatakan Mochtar Riadi. ”Sejatinya bisnis perbankan dan bisnis asuransi bukanlah bisnis uang. Melainkan bisnis kepercayaan. Nasabah dan bank harus bisa sama-sama dipercaya.”
No trust no business. (*)
Editor Sugeng Purwanto