PWMU.CO– Pelatihan DVT (Disaster Volunteers Training) Batch IV diadakan oleh Maharesigana di UMM Pujon Hill Malang, Jumat-Ahad (24-26/9/2021).
Maharesigana singkatan dari Mahasiswa Relawan Siaga Bencana milik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Pelatihan lapangan ini aplikasi dari diklat ruang yang berlangsung pekan sebelumnya.
Pelatihan DVT diikuti 26 peserta. Terdiri mahasiswa UMM, utusan dari MDMC/LPB (Lembaga Penanggulangan Bencana) beberapa kota di Jawa Timur, mahasiswa Stikes Muhammadiyah Bojonegoro (Maboro), dan Disaster Management Center (DMC) RS Aisyiyah Bojonegoro. Jumlah peserta dibatasi karena pandemi belum benar-benar hilang.
Peserta dan panitia menginap dalam tenda di tengah hutan pinus seluas 258 hektare yang dikelola UMM. Kegiatan lapangan yang diajarkan seperti PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat), SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana), SAR (Search and Rescue), repling/vertical rescue, serta praktik asesmen potensi bencana di masyarakat.
Pelatihan Disaster Volunteers Training Batch IV dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu psikotes, seleksi wawancara, diklat ruang, dan diklat lapang.
Ketua Stikes Maboro Sudalhar MKep mengatakan, targetnya dalam waktu dekat membentuk Maharesigana Stikes Maboro untuk menguatkan OMOR (One Muhammadiyah One Response) di wilayah Bojonegoro yang selama ini sudah berjalan baik.
Direktur RS Aisyiyah Bojonegoro, dr Tomy Oeky Prasiska, pada briefing tim mengatakan, karyawan RSA Bojonegoro harus peka, tanggap dan responsif terhadap kebencanaan. ”Semakin besar kemanfaatan yang diberikan kepada lingkungan, maka akan besar feedback kemanfaatan yang akan diterima karyawan dan RS,” katanya.
Ketua Umum Maharesigana UMM, Rindya Fery Indrawan, menyatakan, pihaknya mendukung Stikes Maboro dan DMC RSA Bojonegoro mendirikan Maharesigana Komisariat Bojonegoro.
”Dengan catatan ada supporting system yang kuat dari para pengambil kebijakan. Selain itu, Maharesigana harus memiliki diferesiansi agar fokus dan mudah dikenali,” kata dia.
Wakil Rektor 3 UMM, Dr Nur Subeki yang juga Pembina Maharesigana UMM, mendukung niat Stikes Maboro membentuk Maharesigana Komisariat Bojonegoro. Dia mengingatkan pentingnya wadah bagi jiwa muda semacam Maharesigana.
”Wadah ini penting. Melatih sense of crisis atau rasa tanggap ketika terjadi bencana, juga melatih kemandirian mahasiswa. Maharesigana bisa menjadi kaderisasi MDMC. Kaderisasi sangat penting untuk menjaga keberlangsungan program yang sudah dijalankan Muhammadiyah, apalagi saat ini dunia juga mengakui kiprah aksi Muhammadiyah dalam hal kebencanaan,” ujarnya.
Dia menceritakan, anggota Maharesigana yang membantu menghidupkan UMM selama pandemi. Mereka yang mengawal pengecekan Surat Izin Masuk Kampus. Ke depan diusahakan sertifikasi untuk relawan. Bisa menjadi nilai tambah K3. (*)
Penulis Fahtia Nur Rosyida Editor Sugeng Purwanto