PWMU.CO – Allah Kabulkan Doa, Berkah atau Istidraj? Pertanyaan ini mengemuka di tengah sesi diskusi Pengajian Orbit Virtual, Kamis (23/9/2021) malam.
Semakin larut malam—di atas pukul 21.00 WIB—antusiasme para peserta semakin tampak. Beberapa Orbiters—sebutan jamaah pengajian itu—menekan tombol raise hand pada ruang Zoom itu. Mereka ingin mengajukan pertanyaan dalam pengajian bertema “Istidraj: Pengertian dan Penjelmaan”.
Tanpa menyebutkan nama, karena diburu waktu dan bergantian dengan penanya lainnya, salah satu peserta bertanya, “Jika kita sedang berdoa dan doa itu dikabulkan, apakah itu sebagai berkah atau istidraj?”
Istidraj Lawannya Berkah
Penceramah kondang Ustadz Adi Hidayat (UAH) menerangkan, lawan dari istidraj itu barakah. Sebagaimana dalam al-A’raf Ayat 96:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Artinya, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Dari ayat itu, secara bahasa, barakah berarti bertambahnya nilai-nilai kebaikan. Secara terminologi—kalau dikontradiktifkan dengan pengertian istidraj—berarti tidak memiliki nilai keberkahan dari peningkatan nikmat yang Allah titipkan.
Adapun pengabulan doa itu ada yang sifatnya universal (dalam konteks kehidupan dunia) dan ada konteks kehidupan dunia-akhirat.
Ustadz Adi Hidayat
Istidraj? Tergantung Respon!
Maka, UAH meluruskan, “Kalau berdoa dan doa itu terkabul, bisa jadi istidraj atau tidak, tergantung bagaimana kita menyikapinya!”
Dia lantas menukil al-Baqarah 186:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Ustadz kelahiran Pandeglang itu menerangkan artinya, kalau hamba Allah ingin mendekat kepada Allah—dengan bertaubat dari maksiat atau berdoa meminta kepada Allah—sebelum mereka mengutarakan niatnya, Allah Maha Tahu langsung menjawab:
“Katakan pada mereka tidak usah terlampau lelah. Yakinkan pada diri mereka Aku dekat,” terangnya, kemudian melanjutkan, “Ada kalangan hamba-Ku kalau berdoa kepada-Ku, Aku akan kabulkan.
Dia menilai, ini bahasa psikologis yang memberikan ketenangan. Dalam konsep doa, kalau hamba-Nya meminta, maka Allah akan kabulkan.
Adapun pengabulan doa itu ada yang sifatnya universal (dalam konteks kehidupan dunia) dan ada konteks kehidupan dunia-akhirat.
Kalau tidak menginginkan istidraj, tambahnya, maka iringi permohonan doa itu dengan merespon seruan Allah SWT. Merepsonnya bisa dengan ikhtiar yang mengiringi doa.
Doa Terkabul, Jawaban Allah
Ustadz Adi Hidayat lantas menerangkan jawaban al-Quran dalam al-Baqarah Ayat 216:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
“Kata Allah, kalau kamu sedang merasakan sesuatu yang nggak nyaman di hati, perangi hal-hal negatif yang mungkin kamu prangsakakan kepada Allah,” jelas dia.
Boleh jadi, lanjutnya, kita tidak menyukai sesuatu, tapi di balik itu ada kebaikan-kebaikan besar yang Allah tampakkan. Boleh jadi, tambahnya, kita menyukai sesuatu dan di balik itu ada yang tidak bagus.
“Allah mengetahui di masa depan, sedang engkau mengetahui di masa sekarang saja,” tuturnya.
Jadi, sepanjang doa cepat terkabul itu disikapi dengan kebaikan, bukan termasuk istidraj. “Tinggal lihat itu ada nilai kebaikannya nggak? Disyukuri nggak dengan mengimplementasikan itu pada nilai-nilai kebaikan?”
Implementasi dalam sikap kebaikan itulah yang namanya amal shaleh. “Jangan dihukumi dengan istidraj!” tegasnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni