PWMU.CO – Start-up Alumnus Mu’allimin Dapat Investasi Rp 426 miler. Demikian co-founder platform social commerce Evermos M Ghufron Mustaqim membahasnya dalam Ruang Toko Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) ke-22, Jumat (1/10/21) malam.
Webinar bertema “Perkuat Bisnis Jamaah melalui Digital Bussiness” yang digelar Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah dan JSM itu disponsori Evermos dan Wardah.
Wakil Ketua MEK PP Muhammadiyah Ir A Syauqi Soeratno MM ingat saat beberapa bulan lalu, dia mendapat laporan Ghufron menggaet pendanaan seri A. Tapi beberapa bulan kemudian, dia mendapat laporan pendanaannya sudah berganti jadi seri B.
Artinya, Ghufron berhasil menggaet investor senilai lebih dari 30 juta USDollar atau setara dengan Rp 426 miliar (kurs Rp 14.200).
Tidak hanya itu, social commerce yang menjual berbagai macam produk Muslim Indonesia ini juga masuk nominasi ‘Forbes Asia 100 to Watch’ sebulan yang lalu. Ghufron menerangkan, “Evermos menjadi 1 dari 100 start-up terpilih dari 900 start up se-Asia Pasifik yang menurut majalah Forbes memiliki model bisnis dan dampak yang bagus.”
Sebagian besar dana itu untuk menggenjot pertumbuhan Evermos. Misal, dengan merekrut reseller sebanyak mungkin, kemudian membimbingnya.
Pendanaan Start Up
Ghufron menjelaskan, start up biasa dipahami sebagai bisnis yang memanfaatkan teknologi. Karena teknologi serba cepat, maka perusahaan berbasis teknologi terus mengejar pertumbuhannya dengan cepat juga. Menurutnya, agak susah menggunakan cara organik (cara lama) untuk mengejar dengan cepat.
Biar cepat, lanjutnya, membeli waktu melalui investasi. “Dengan investasi kita bisa lebih masif dalam marketing, rekrutmen tim, dan mengembangkan sistem, kemudian kita bisa tumbuh secara eksponensial,” papar alumnus Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta itu.
Karena bisnis biasa, tanpa dana itu, pertumbuhan 10-20 persen dari tahun ke tahun sudah bagus. Sedangkan untuk start up, omset dari tahun ke tahun harapannya bisa berkali lipat. Semakin tinggi semakin bagus. “Untuk menggenjot pertumbuhan maksimal, dibutuhkan pendanaan,” terang Ghufron.
Ghufron bersyukur, Evermos sudah beberapa kali fund raising dengan seri A sejak sekitar dua tahun silam. “Alhamdulillah kemudian closing seri B pada beberapa pekan lalu, kalau diakumulasikan sekitar Rp 550 miliar,” ujarnya.
Sebagian besar dana itu, lanjutnya, untuk menggenjot pertumbuhan Evermos. Misal, dengan merekrut reseller sebanyak mungkin, kemudian membimbingnya.
Bikin Investor Percaya
Ghufron mengatakan, target penggalangan dana start up bersumber dari investasi venture capital. Menurutnya, investor bisa percaya memberikan dana dengan mempertimbangkan pengalaman founder dan timnya di bidang start up.
“Bisa amanah, bisa dipercaya untuk mengeksekusi idenya, itu yang pertama,” tutur pria kelahiran tahun 1991 itu.
Kedua, investor menilai potensi market size (potensi ukuran pasar). “Kira-kira potensi pasarnya seberapa besar?” ungkapnya.
Ketiga, investor melihat track record pertumbuhan perusahaan itu. Sebuah start up baru tidak bisa langsung mendapat investasi. “Harus membangun historikal dulu, walaupun hanya beberapa bulan tetapi yang penting ada data historikal untuk membantu meyakinkan (investor)!” tegasnya.
Untuk kalangan tertentu yang sudah punya kredibilitas tinggi, tambahnya, tidak menutup kemungkinan ada investor yang langsung mau memberikan dana tanpa melihat track recordnya.
Risiko Tinggi
Bagi investor, kata Ghufron, start up memiliki risiko yang tinggi tapi juga return-nya tinggi (ada kenaikan valuasi start up). “Dari seri A, seri B, seri C, biasanya valuasinya meningkat,” terang mantan pegawai perusahaan konsultan McKinsey itu.
Ghufron menambahkan, “Kadang-kadang investor yang masuk di seri A, exit (keluar) di seri C atau D itu sudah punya capital gain karena kenaikan valuasi.”
Ghufron sepakat dengan Syauqi, sebenarnya probabilitas keberhasilan start up cukup rendah. “Dari 10 start up yang didirikan, yang berhasil cuma 1, 2, atau 3,” terangnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni