PWMU.CO – Gangguan Depresi Bisa Diketahui lewat Urine. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan diagnosis laboratorium pasien depresi dengan menggunakan urine pasien.
Uswatun Hasanah, salah satu anggota tim, mengatakan selama ini proses diagnosis gangguan depresi masih menggunakan skala dan cluster gejala dari pasien saja. Menurutnya, hal itu butuh waktu lebih lama jika dibanding dengan uji laboratorium.
Karena itu, Uswatun dan keempat temannya—Al-Bidarri Tsamira Annafila, Handini Risma Hani, dan Sekar Asih dari Prodi kedokteran serta Nadila Apriola Susanto dari Fakultas Psikologi—meneliti perubahan urine dari orang normal ke pasien gangguan depresi untuk uji coba labolatorium.
“Untuk mendeteksi gangguan depresi pada pasien, kami menggunakan Biomarker N-Methylnicotinamid and Hippuric Acid. Setelah tiga bulan melakukan penelitian kami dapat menarik kesimpulan bahwa kadar biomarker n-methyl dan hippuric pada pasien ganguan depresi mengalami peningkatan daripada orang normal,” ujarnya, Selasa (5/10/2021)
Mahasiswa Prodi Kedokteran itu menambahkan, hal tersebut bisa menjadi acuan untuk mendiagnosis pasien gangguan depresi dengan menggunakan uji labolatorium.
Kendala Penelitian
Uswatun menceritakan, penelitian ini sempat terkendala oleh pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang dilaksanakan beberapa waktu lalu. Dengan adanya PPKM, timnya tidak bisa melakukan penelitian di rumah sakit dan mendapatkan sampel urine pasien gangguan depresi.
“Waktu penelitian kami terbatas dan PPKM menjadi kendala terbesar untuk melanjutkan penelitian. Untungnya, setelah tim kami mencari infomasi ke beberapa dokter, akhirnya kami bisa melakukan penelitian dan mendapat sampel urine di Rumah Sakit Muhammadiyah (RSM) Lamongan,” ujar anak terakhir dari enam bersaudara itu.
Menariknya, penelitian ini diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) dan mendapat pendanaan dari Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti)—sekarang tergabung dalam Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat umum, khususnya para psikiater dan psikolog dalam mendiagnosis pasien ganguan depresi. Ke depannya penelitian ini juga bisa ditindaklanjuti untuk pembuatan kit penunjang diagnosis. Sehingga para pasien gangguan depresi mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat,” ujarnya. (*)
Penulis Maharina Novi Editor Mohammad Nurfatoni