PWMU.CO – Ada yang terasa asing pada pengajian rutin bulanan yang berlangsung di Masjid An-Nur Sidoarjo, Ahad (18/12) pagi. Hal itu terjadi saat pembawa acara menyampaikan bahwa tema pengajian adalah “Eling lan Waspada”.
Beberapa jamaah tampak tersenyum. Maklum, di kalangan warga Muhammadiyah, jarang sekali sebuah pengajian memakai idiom Jawa sebagai tema. Tapi kali ini Ustadz Muhammad Arifin SAg MAg–Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PW Muhammadiyah Jatim–membawakan tema yang ‘aneh’ itu.
Arifin mengatakan, eling lan waspodo adalah falsafah yang dipegang erat oleh masyarakat Jawa. Menurutnya, falsafah itu sangat Islami, setidaknya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. “Eling lan waspodo terdiri dari dua kata yaitu eling artinya mengingat dan waspodo artinya hati-hati,” kata Arifin.
Eling atau ingat, maksudnya adalah agar manusia selalu ingat pada tiga hal yaitu dari mana dia diciptakan, apa tugasnya di dunia, dan ke mana dia akan dikembalikan.
“Sedangkan waspodo maksudnya adalah agar kita sebagai manusia harus hati-hati akan berbagai tantangan dalam menjaga kemurnian beribadah dan menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi,” ungkap Arifin.
Arifin memaparkan, salah satu tantangan hidup yang dihadapi umat Islam saat ini adalah merajalelanya peredaran dan pengunaan narkotik dan obat-obatan terlarang atau yang dikenal dengan istilah narkoba. [Berita terkait: Halusnya Sindikat Narkoba Menjerat Korban, Jamaah Masjid pun Kena]
Arifin yang pernah terpilih sebagai Penyuluh Terbaik BNN Tahun 2010 memang sedang galau oleh persoalan narkoba. Di berbagai kesempatan, dia selalu bersemangat untuk menjelaskan bahaya narkoba, termasuk berbagai modus peredaran dan penggunaannya yang harus diwaspadai. “Sangat halus dan beragam modus yang dipakai sindikat narkoba untuk menyerat mangsanya,” katanya. [Berita terkait: Curhat Seorang Ibu Peserta Pengajian tentang Anaknya yang Kecanduan Narkoba]
Dengan menggunakan perangkat multimedia, Arifin berhasil membuat jamaah fokus mengikuti paparannya. Sehingga tidak ada yang ngantuk atau meninggalkan pengajian sebelum berakhir. Beberapa potongan film yang disampaikan untuk mendukung materi, mampu membuat gerr jamaah.
Bahkan Slamet, seorang penjual buku yang selalu membuka dagangannya setiap ada kegiatan pengajian, terpaksa meninggalkan dagangannya karena ingin fokus mengikuti jalannya pengajian.
Sayangnya, tidak ada sesi tanya jawab pada pengajian yang diikuti oleh unsur pimpinan Muhammadiyah tingkat daerah, cabang, dan ranting se-Sidoarjo itu. Karena Ustadz Arifin harus menghadiri Tablig Akbar yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Bohar, Taman, Sidoarjo. (MN)