PWMU.CO – Kesaksian Adik Kandung tentang Akhir Perjalanan Prof Suyatno. Dr Sutriyo MSi Apt mengisahkannya pada Pengajian Takziah Virtual “Mengenang Almarhum Prof Dr H Suyatno MPd”, Senin (11/10/21) malam.
Mantan Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP) Prof Dr Suyatno MPd—yang juga mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (Uhamka) Jakarta—wafat di RSCM Jakarta, Ahad (10/10/2021) sore.
Apresiasi PP Muhammadiyah
Dalam sambutannya mewakili keluarga, adik kandung almarhum itu mengapresiasi dukungan dan bantuan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. “Saya atas nama keluarga mengucapkan banyak terima kasih kepada PP Muhammadiyah yang telah banyak memberikan support dan bantuan yang sangat berarti,” ucap Sutriyo.
Bantuan yang dia maksud, pihak PP Muhammadiyah selalu berkoordinasi dengan tim dokter sejak pria kelahiran 1963 itu dirawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Jakarta Cempaka Putih. “Dengan dokter Slamet membahas perkembangan penyakit almarhum,” terang Sutriyo.
Perjalanan penyakit Suyatno yang sangat cepat membuat keluarga merasa kehilangan.
Dia juga mengucap terima kasih atas bantuan PP Muhammadiyah yang mengawal hingga penguburan jenazah. “Alhamdulillah perjalanan dari Jakarta tidak mengalami hambatan. Sudah disiapkan patwal, sehingga berjalan lancar. Ambulan juga disiapkan ada dua, antisipasi kalau ada apa-apa di jalan,” ucapnya.
Tak hanya itu, sampai di Purbalingga juga sudah disiapkan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Purbalingga. Begitupula dengan pelaksanaan penguburan jenazah. “Keluarga sangat terbantu,” ungkapnya.
Dia juga memohon maaf istri Almarhum tidak bisa hadir karena di rumah menemui tamu yang bertakziyah. “Ada tamu PWM Muhammadiyah Jatim bertakziyah,” terangnya.
Perjalanan Penyakit Sangat Cepat
Perjalanan penyakit Suyatno yang sangat cepat, kata Sutriyo, membuat keluarga merasa kehilangan. Selama sang kakak mendapat perawatan di rumah sakit, Sutriyo mendampinginya secara penuh. Sebagai orang yang memahami dunia kesehatan, keluarga menyerahkan kepadanya untuk berkomuniksi dengan tim dokter.
Pria yang aktif menjabat lektor di Universitas Indonesia (UI) itu mengungkap sebanyak tujuh dokter spesialis menangani almarhum selama di rumah sakit. Saat almarhum masuk RSI, lanjutnya, didiagnosis Adenocarcinoma recti atau kanker usus besar.
Sebelumnya pun diagnosis itu sudah diketahui, sehingga ketika di RSI, tim dokter hendak menyelesaikan masalahnya dengan operasi. “Saat diperiksa di PKU, di sana sudah dibiopsi, sudah terdeteksi adanya Adenocarcinoma recti,” terangnya.
Baru Terdeteksi Leukimia Akut
Tapi, pada hari operasi yang ditetapkan, tiba-tiba ada masalah lain terdeteksi. Dokter spesialis hematologi dan ontologi—dr Jusi Susilawati SpPD KHOM—curiga leukositnya sangat tinggi, lebih dari batas normal.
Maka, dia melakukan pemeriksaan pada sumsum tulang Suyatno. “Sumsum tulangnya diambil untuk evaluasi lebih lanjut,” ujar dosen di Fakultas Farmasi UI itu.
Hasilnya menunjukkan Suyatno positif diagnosis acute leukemia myeloid (AML). “Ini jadi masalah utama yang harus segera diselesaikan,” ungkap Sutriyo.
Karena fasilitas di RSI Cempaka Putih tidak memungkinkan untuk penanganan lebih lanjut dan salah satu tim dokternya dari RSCM, tambahnya, maka tim dokter memutuskan Suyatno dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Hari Jumat, Suyatno sudah dirawat di RSCM. “Alhamdulillah dr Slamet berkoordinasi terus dengan RSCM,” ujarnya.
Dia pun berdiskusi dengan tim dokter terkait rencana tindakan-tindakan selanjutnya usai kondisi Suyatno lebih stabil. Seperti masuk ke ruang kemoterapi.
Masuk ICU
Sabtu (9/10/21) pagi, Suyatno masuk Ruang ICU. “Di ICU itu perkembangannya sebenarnya cukup stabil. Tapi leukositnya tinggi, mengakibatkan trombositnya rendah. Juga ada pendarahan di beberapa tempat jadi hemoglobinnya ikut rendah,” jelas Sutriyo.
Dalam kondisi itu, Suyatno menerima transfusi darah hingga kondisinya cukup stabil. “Hanya sedikit permasalahan terkait pernapasan karena dari leukimianya tadi,” tambahnya.
Dia pun berdiskusi dengan tim dokter terkait rencana tindakan-tindakan selanjutnya usai kondisi Suyatno lebih stabil. Seperti masuk ke ruang kemoterapi.
Ahad (10/10/21) pukul 10.30 WIB, Sutriyo mengantar almarhum CT Scan. Meski napasnya agak berat, Suyatno masih bisa berkomunikasi saat itu. “Jam 11.30-13.00 mengalami prognosis sangat cepat terkait pernapasannya. Hingga kami diminta diskusi bagaimana tindakan terakhir dilakukan intubasi, dihubungkan dengan ventilator,” terangnya.
Kemudian dilakukan resusitasi jantung paru (rjp) sebanyak empat kali. Saat itu dokter minta dia mendampingi. Melihat Suyatno mendapat tindakan itu, dia merasa tidak tega. “Itu mungkin jalan terbaik ya untuk tindakan terkahir,” ujarnya.
Mohon Keikhlasan Memaafkan
Sutriyo pun mengikhlaskan kepergian almarhum Suyatno. “Ini yang terbaik buat beliau karena proses kemoterapi itu memberikan rasa sakit atau tidak nyaman, yang mungkin jauh lebih sakit,” imbuhnya.
Begitu pula dengan proses operasi untuk kanker usus besar yang membutuhkan waktu panjang pemulihannya. Dia menyatakan optimis kanker itu bisa diselesaikan kalau tidak ada leukimia akut yang menyertai.
Menutup sambutannya, Sutriyo mewakili keluarga memohon keikhlasan peserta yang hadir untuk memaafkan almarhum. “Mungkin ada kesalahan almarhum, karena beliau banyak bergaul-berinteraksi. Tentunya, semakin banyak interaksi, ada kemungkinan semakin banyak yang tidak berkenan. Untuk kebaikan beliau mohon keikhlasan Bapak Ibu,” tuturnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni