PWMU.CO– Swab PCR diadakan SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda Surabaya) untuk siswa dan guru, Rabu (13/10).
Tes swab PCR dilakukan mengikuti anjuran Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur untuk mengadakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Kegiatan diikuti oleh seluruh guru, karyawan, dan murid Smamda Pucang Surabaya bekerja sama dengan Puskesmas Pucang Sewu. Kegiatan berlangsung di Hall Smamda Surabaya dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Petugas kesehatan Puskesmas Pucang Sewu, Heny Kusdianti, menjelaskan, swab PCR tak terpisahkan dalam metode tes untuk menegakkan diagnosis Covid-19. Swab adalah cara untuk memperoleh bahan pemeriksaan (sampel) .
“Swab dilakukan pada nasofaring atau orofarings. Pengambilan ini dilakukan dengan cara mengusap rongga nasofarings dan atau orofarings dengan menggunakan alat seperti kapas lidi khusus,” ungkapnya.
Adapun PCR, sambung dia, adalah singkatan dari polymerase chain reaction. PCR merupakan metode pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan mendeteksi DNA virus. Uji ini akan didapatkan hasil apakah seseorang positif atau tidak SARS Co-2.
Seluruh guru, karyawan, dan siswa diharuskan membawa identitas diri seperti KTP dan KK sebagai persyaratan mengikuti tes swab PCR. Diharuskan pula mengisi formulir pendaftaran tes melalui Google Form.
Kepala SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, H. Astajab SPd MM menyampaikan, meskipun sudah mendapatkan vaksin, tes swab PCR menjadi keharusan untuk menjaga kondisi pembelajaran tetap sehat dan kondusif. “Seluruh peserta didik, guru, dan karyawan difasilitasi mendapatkan tes swab PCR ini,” ungkapnya.
Era Restiani SPd, pengajar Smamda Surabaya, mengatakan, pertama kali melakukan tes PCR. “Tadinya agak takut. Ternyata petugas kesehatan sangat ramah. Diberi aba-aba dulu jadinya nyaman,” ujarnya.
Lain halnya bagi Rimba Ayu Sekar SS. Dia sudah sering mengikuti tes swab. Sudah lima kali. “Ini bukan kali pertama. Ini kali keenam tapi tetap antusias ikut tes swab,” tuturnya.
Hasan Abaabil, siswa Smamda Surabaya, nerasa nyaman ikut tes swab. Meski banyak orang tapi diatur dengan protokol kesehatan. “Pada saat swab PCR di sekolah, saya datang terlambat, sehingga mendapat nomor antrean 393,” ceritanya.
Keadaan lumayan ramai, sambung dia, namun prosedur untuk swab telah diatur dengan baiksehingga tidak berkerumun. Dia tidak ada perasaan cemas karena sudah pernah melakukan. “Rasanya saat di swab itu bukan sakit. Seperti ada sesuatu yang masuk ke hidung hingga dalam. Ada rasa sedikit panas. Semoga hasilnya negatif,” tandasnya. (*)
Penulis Fibrina Aquatika Editor Sugeng Purwanto