PWMU.CO – Takjub, Begini Imajinasi Siswa TK Ikuti Eksperimen di Berlian School. Dalam rangkaian kegiatan “School Culture”—mengenalkan budaya belajar di Berlian School—calon siswa tahun pelajaran 2022-2023 diajak bereksperimen.
Kenalkan Pembiasaan Ibadah
Ketika mereka tiba di kelas masing-masing, wali kelas didampingi seorang guru memandu kelompok kecil untuk berdoa dan murajaah surat pendek bersama. “Bisa baca surat an-Nas?” tanya Ika Wahyuni SPd kepada para siswa di kelompok Onta.
“Bisa!” jawab anak-anak serentak. Mereka pun lanjut murajaah surat an-Nas.
Berdoa dan murajaah surat pendek sebelum memulai pelajaran merupakan pembiasaan rutin dalam budaya sekolah Islami tersebut. Kebiasaan itu selalu diterapkan di kelas, di mana surat pilihan murajaah disesuaikan dengan jenjang kelas masing-masing.
“Anak-anak, Alhamdulillah kita bisa bertemu di Berlian School,” ujar Ustadzah Ika dengan ceria, kemudian dia mengenalkan jargon Berlian School lengkap dengan pose kedua tangan diangkat ke kiri atas, “Siap Mendunia!”
“Kita mau main-main dan bersenang-senang,” kata pencetus ide eksperimen Lava Lamp itu.
Eksperimen Lava Lamp
“Siapa mau eksperimen?” tanya Zaitun Nailiyah SPsi. Semua anak langsung serentak angkat tangan. “Kita membuat ‘Lava Lamp’!” ujarnya menerangkan ‘lampu’ yang bisa meletus—muncul gelembung—bak lava gunung berapi.
Ustadzah Lely mengenalkan bahannya satu per satu, seperti botol plastik, air, minyak, pewarna makanan, dan permen (tablet Effervescent). “Apakah ini? Yang biasanya buat sreng, sreng, sreng!” tanya Ustadzah Lely sambil mengangkat botol berisi minyak dan memeragakan gerakan menggoreng.
Salah satu siswa TK NU Muslimat 199 Inara Elvarette Verdinata yang duduk paling belakang berteriak lantang, “Minyaaak! Buat goreng-goreng!”
Kemudian Ustadzah Lely memandu anak-anak melakukan langkah demi langkah percobaan. Begitu pula guru di kelas lainnya. Menjelang eksperimen, Saidah SPd—wali kelas I yang mendampingi kelompok Semut—mengajak anak-anak Tepuk Coca-cola. “Tepuk Coca Cola, coca coca, cola cola, cusss brrrrrr!”
“Nanti, kalau sudah dimasukkan semua, bisa seperti Coca-Cola, plukutuk-plukutuk, brrr!” terangnya.
Sabar, Mandiri, Percaya Diri
Sementara itu, anak-anak menuangkan air, minyak, dan pewarna makanan secara berurutan ke dalam botol plastik. Pada proses ini, kekuatan motorik tangan anak diuji.
Anak-anak juga belajar kesabaran. “Sabar ya, tunggu, kita lakukan bersama-sama. Ustadzah hitung 1, 2, 3,” ujar Ustadzah Lely memberi aba-aba.
Selain itu, anak-anak juga didorong untuk lebih percaya diri dan mandiri. “Ayo dituang sendiri. Tidak perlu ragu, tuang lagi,” motivasi Ustadzah Lely kepada anak-anaknya di kelompok Gajah.
Di kelompok Gajah itu, Inara spontan menangkupkan kedua tangan ke mulut (masker) ketika gelembung-gelembung bak letusan lava mulai muncul dalam botolnya. Dia mengaku ini kali pertama bisa melakukannya. “Aku baru bisa ini, bagus!” ucap Inara. “Di TK nggak pernah,” imbuhnya.
Imajinasi Anak
Di kelompok Lebah tak kalah semangat. Ellies Rahmawati SPd menerangkan, “Bahannya minyak sama air itu nggak bisa bersatu, kayak bermusuhan. Ketika permennya dimasukkan ke dalam, itu yang membuat Lava Lampnya bagus.”
“Ketika permen dimasukkan, nanti lihat reaksi apa yang terjadi ya!” tuturnya memantik siswa semangat mengamati.
Setelah memberi aba-aba memasukkan permen ke dalam botol, dia bertanya, “Lihat, apa yang akan terjadi?”
Dalam hitungan detik, berbagai komentar anak-anak terdengar bersahutan, “Wah! Bagus! Bagus sekali! Wow, kayak naga!” Ada pula anak yang spontan bertepuk tangan.
Di tengah fokus mengamati, seorang siswa berkomentar berdasarkan bekal pengetahuan dan imajinasinya. “Ini kayak big ball,” ujar Azkadia Bramantya Effendy sambil menunjuk gumpalan gelembung di dasar botol.
“Eh, yang ini kayak hujan meteor!” komentarnya lagi sambil menunjuk letusan gelembung di bagian tengah.
“Ini meteornya naik-naik!” tambah siswa TK NU Muslimat 199 itu.
Usai eksperimen, anak-anak tidak hanya pulang membawa hadiah sepaket tas pink (untuk anak perempuan) dan tas kuning (untuk anak laki-laki), mereka juga membawa hasil eksperimen Lava Lamp masing-masing.
“Tidak dikocok ya botolnya, agar tetap jernih!” tutur Ustadzah Lely. “Supaya nanti bisa dibuat main lagi di rumah,” tambahnya.
Bertemu Teman Baru
Eka Hasrawati—ibu Harun Yahya Attijar—mengatakan, awal berkunjung ke Berlian School, anaknya masih malu-malu. “Karena suasana baru mungkin,” duganya.
Hari sebelumnya, sang bunda sudah memberi ananda gambaran agar siap beradaptasi di lingkungan baru. “Besok bertemu teman-teman baru ya, tidak malu-malu,” pesannya.
Dia pun ikut senang ketika melihat anaknya antusias mengikuti senam di lapangan sore itu. “Senang banget, (tadi) mau gerak (senam), bertemu teman-teman baru,” ujarnya yang sejak tadi mengamati sang anak dari tepi lapangan. Ternyata, Harun sudah semangat siap-siap berangkat ke Berlian School sejak pukul 14.00 WIB.
Beruntung Ikut School Culture
Untuk tahap pertama, dalam pertemuan tatap muka terbatas, School Culture digelar dalam 3 gelombang. Yaitu pada hari Senin-Rabu (11-13/10/21) sore.
Para siswa TK yang sudah mendaftar bisa mengikuti eksperimen Lava Lamp itu. “Alhamdulillah kami telah menyiapkan kegiatan menarik dan bervariasi untuk anak-anak yang sudah mendaftar di Berlian School,” ujar penanggung jawab kegiatan Nugra Heny Apriliah SPdI.
Ustadzah Heny menyatakan, kegiatan serupa akan berlanjut sampai Maret 2022. “Beruntung anak-anak yang sudah mendaftar, mereka tidak tertinggal momen serunya di eksperimen ini. Yang akan mendaftar, juga beruntung bisa ikut di School Culture tahap selanjutnya,” ungkap perempuan berkaca-mata itu. (*)
Takjub, Begini Imajinasi Siswa TK Ikuti Eksperimen di Berlian School: Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni