PWMU.CO – Molnupiravir Obat Oral Pertama Covid-19, Ini Kata Ahli. Kabar gembira datang dari Amerikas Serikat. Salah satu perusahaan di sana, Merck and Co melaporkan bahwa Molnupiravir, obat oral Covid-19 pertama di dunia, telah menyelesaikan uji klnik fase ketiga dengan hasil yang menjanjikan.
Sontak saja berita ini disambut baik, Molnupiravir yang diklaim mampu mengobati infeksi virus penyebab Covid-19 ini, langsung menjadi incaran banyak negara, termasuk beberapa negara di Asia.
Seberapa jauh kebenaran tentang Molnupiravir ini, berikut penjelasan Prof Maksum Radji, Guru Besar Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Esa Unggul, yang juga Pembina Pondok Babussalam Socah, Bangkalan. Ditulis berdasarkan wawancara daring, Selasa (12/10/2021).
Pengembangan Molnupiravir
Molnupiravir pertama kali dikembangkan oleh Drive (Drug Innovations at Emory) di Universitas Emory, Amerika Serikat. Awalnya Drive mengembangkan Molnupiravir yang sebelumnya dikenal sebagai EIDD-2801 untuk melawan virus influenza dan virus ensefalitis.
Ketika pandemi Covid-19 mulai merebak di seluruh dunia, Drive dengan cepat mereposisi penggunaan obat antivirus Molnupiravir yang berspektrum luas ini ditujukan sebagai obat Covid-19.
Molnupiravir kemudian dikembangkan lebih lanjut sebagai obat antivirus SAR-CoV-2 melalui program kerja sama dengan Merck dan mitranya Ridgeback Biotherapeutics.
Saat ini BPOM Amerika Serikat (FDA-US) sedang mengevaluasi hasil uji klinik molnupiravir fase ketiga. Berdasarkan siaran pers dari Merck dan Ridgeback disebutkan bahwa Molnupiravir dalam hasil penelitian interimnya menunjukkan penurunan sebesar 50 persen angka perawatan di rumah sakit dan mencegah kematian akibat Covid-19, pada pasien derajat ringan dan sedang.
Dari data yang dilansir, menunjukkan sebanyak 14,1 persen pasien yang diberikan plasebo dirawat di rumah sakit dan 8 orang meninggal. Sedangkan pada kelompok pasien yang mendapat Molnupiravir, hanya 7,3 persen yang masuk rumah sakit dan tidak ada satupun yang meninggal dunia.
Adapun kriteria pasien yang diikutsertakan pada uji klnik fase ketiga tersebut adalah pasien Covid-19 dewasa dengan gejala ringan hingga sedang selama kurang dari enam hari dan tidak dirawat di rumah sakit.
Sedangkan pasien Covid-19 yang diikutsertakan pada uji klinik fase ketiga tersebut berasal dari beberapa negara yaitu dari Amerika Latin 55 persen, Eropa 23 persen, dan Afrika 15 persen.
Meskipun jumlah yang dianalisis belum terlalu besar, namun hasil uji kliniknya cukup menjanjikan karena selain mengurangi risiko rawat inap sebesar 50 persen, Molnupiravir terbukti mampu mengurangi jumlah kematian. Hasil uji klnik obat antivirus SAR-CoV-2 ini merupakan suatu kemajuan dalam upaya mengatasi wabah Covid-19.
Disambut Baik oleh Ahli
Para ahli menyambut baik hasil uji klnik fase ketiga tersebut, karena penggunaan obat secara oral akan lebih praktis dibandingkan dengan obat antiviral lainnya yang diberikan secara parenteral, yang selama ini digunakan untuk menangani pasien Covid-19.
Tersedianya obat antiviral oral, terutama obat yang dapat digunakan di masyarakat adalah sangat penting. Di samping perawatan lengkap dan ketersediaan vaksin untuk upaya pencegahan Covid-19, sediaan oral dapat digunakan sebagai upaya obat tambahan untuk melengkapi tatalaksana pengobatan Covid-19.
Data uji hasil uji klinik fase ketiga ini sedang dinilai oleh FDA-US, dengan pengurangan 50 persen risiko rawat inap dan kematian akibat infeksi virus SARS-CoV-2 merupakan awal yang baik. Selain manfaatnya yang mampu mencegah rawat inap dan kematian, Molnupiravir yang dikemas dalam bentuk sediaan oral ini akan lebih mudah untuk didistribusikan ke seluruh wilayah.
Telah dipesan oleh beberapa negara termasuk Asia
Walaupun saat ini Molnupiravir belum mendapatkan izin edar resmi dan belum ada di pasaran, namun obat yang diperkirakan harganya cukup mahal ini, sudah dilirik oleh banyak negara termasuk Indonesia.
Thailand tengah negosiasi membeli sekitar 200 ribu paket pengobatan antivirus Molnupiravir. Selain Thailand, negeri jiran Malaysia juga rencananya akan membeli Molnupiravir. Begitu juga dengan Indonesia, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membuka opsi dengan rencananya akan dilakukan uji klinis terlebih dulu di Indonesia.
Selain itu Merck and Co, Amerika Serikat, sebagai produsen Molnupiravir, mengumumkan telah menandatangani kontrak pembelian dengan beberapa negara lainnya yaitu Singapura, Australia, Korea Selatan, Taiwan, dan Filipina. Amerika Serikat sendiri telah mengamankan lebih dari 1,7 juta dosis Molnupiravir yang efektif dapat mengurangi penularan virus SARS-CoV-2.
Mekanisme Aksi Molnupiravir
Mengacu pada data hasil analisis secara biokimia dan permodelan molekul yang dilansir pada laman sciencedaily.com, tanggal 16 Agustus 2021 yang lalu, disebutkan bahwa mekanisme aksi penghambatan replikasi virus penyebab Covid-19 adalah karena terjadinya mutagenesis RNA coronavirus yang diinduksi oleh Molnupiravir.
Molnupiravir merupakan golongan antiviral analog nukleotida. Ketika prodrug Molnupiravir memasuki sel, senyawa ini diubah menjadi senyawa beta-d-N4-Hydroxycytidine (NHC) triphosphate.
Kemudian oleh enzim RNA dependent RNA polymerase (RdRp) SARS-CoV-2 digunakan sebagai substrat untuk replikasi RNA-nya. Oleh karena itu, RNA virus yang disintesis akan mengandung senyawa molnupiravir, sehingga replikasi RNA genom virus terganggu, dan pembentukan virus baru terhambat serta akan mengalami kematian.
Ketika virus SARS-CoV-2 menginfeksi sel, Molnupiravir bekerja dengan memaksa enzim virus yang menyalin materi genetik SARS-CoV-2 membuat banyak kesalahan, sehingga virus tidak dapat bereplikasi dengan sempurna.
Kesalahan dalam mereproduksi materi genetik virus SARS-CoV-2 ini menyebabkan replikasi RNA virus SARS-CoV-2 cacat yang akhirnya tidak dapat membentuk virus kompeten yang bisa menyebabkan gejala Covid-19.
Penggunaan Molnupiravir
Adapun waktu yang paling tepat untuk menggunakan obat Molnupiravir adalah sebelum seseorang yang positif terinfeksi virus COVID-19 menunjukkan gejala yang parah. Obat ini kemungkinan efektif jika digunakan pada awal perjalanan infeksi virus SARS-CoV-2.
Dengan kata lain, obat ini bekerja dengan baik manakala mulai digunakan sekitar lima hari sejak timbulnya gejala, dan sebelum gejala serius berkembang. Pasien yang diberikan Molnupiravir adalah yang tidak memerlukan rawat inap.
Kriteria ini sesuai dengan data inklusi pasien yang ikut sertakan dalam uji klinik fase ketiga yaitu bergejala ringan hingga sedang tidak dirawat di rumah sakit, memiliki setidaknya satu komorbid (obesitas, diabetes melitus, dan gangguan jantung), dan bergejala hingga lima hari sebelum mengikuti uji klinik fase ketiga.
Hal ini sangat penting untuk dicermati mengingat bahwa pada uji klnik fase kedua Molnupiravir untuk pada pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 gejala berat (“MOVe-IN”), tidak menghasilkan efek klinik yang signifikan, sehingga uji klnik fase kedua untuk pasien rawat inap dengan gejala berat, terpaksa dihentikan pada bulan April 2021 yang lalu.
Dalam situasi di mana belum ada obat yang benar-benar diyakini ampuh terhadap virus penyebab Covid-19, maka pertahanan lini pertama yang terbaik dan efektif adalah dengan cara menghindari wabah ini melalui penerapan protokol kesehatan yang ketat, serta mendapatkan vaksinasi lengkap guna melindungi diri terhadap penyebaran infeksi virus penyebab Covid-19.
Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa melindungi kita semua dari wabah Covid-19. Dan semoga wabah ini cepat berlalu. Amin. (*)
Penulis Isrotul Sukma Editor Mohammad Nurfatoni