PWMU.CO – Aa Gym tentang Doa dan Niat agar Ikhlas. Inilah salah satu hal penting yang Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) bagikan di tengah tausiahnya. Saat itu, dia berceramah di pengajian virtual binaan Prof M. Din Syamsuddin MA PhD.
Kepada orbiters—peserta Pengajian Virtual Orbit—Aa Gym memberi bonus tips agar ikhlas. Yaitu jangan ingin dibalas budi dan jangan menunggu orang berterima kasih.
“Orang ingat atau lupa akan kebaikan kita, yang penting Allah tidak akan lupa. Orang berterima kasih atau tidak, Allah selalu mensyukuri kebaikan hamba-Nya!” terangnya di ruang Zoom itu.
“Lakukan, lupakan, lakukan, lupakan, … Pokoknya nggak usah diingat-ingat kebaikan kita kepada orang!” tuturnya, Jumat (15/10/2021) malam.
Dia mengimbau agar kita cukup puas dengan mampu berbuat baik, tak perlu mengatakannya ke orang lain. Kata Aa Gym, boleh menyebut kebaikan jika untuk wujud rasa syukur. Menyebut kebaikan kita kepada orang—untuk dapat pujian—hanya membuat kita tidak disukai.
Ketika ikhlas, lanjutnya, balasan Allah tidak akan meleset, tertukar, terhalangi, apalagi mengecewakan. “Tidak ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan!” ungkapnya.
Doa agar Ikhlas
Ikhlas juga bisa dicapai dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Allah: Allahumma inna na’udzubika min nusyrika bika syai’an na’lamuh wanastaghfiruka lima lana’lamuh.
Artinya: “Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau dari apa-apa yang kami tahu dan kami mohon ampunan-Mu dari apa-apa yang tidak kami tahu.”
Dia menegaskan, nikmatnya amal justru ketika lepas berharap dari makhluk, hanya berharap dari Allah yang maha dekat, maha sempurna perhitungannya.
Kalau Allah suka, kita pasti dibikin bahagia. Sebaliknya, jika Allah tidak suka, maka derita tiada akhir yang menimpa kita. “Subscriber dan follower banyak nggak ada apa-apanya. Yang ada apa-apanya, Allah ridha nggak ke kita?”
Istikamah Ikhlas
Muslimah—salah satu peserta orbiters—membuka pertanyaan dalam sesi diskusi, “Bagaimana istikamah dalam ikhlas?”
Jawabannya, semakin banyak mengingat dan menyebut Allah, istikamah dalam dzikrullah. “Allah pasti tahu kita ingat kepada-Nya, Allah akan mengingat kita secara spesial. Hati kita dibuat tenang, pikiran kita dibuat jernih,” ujarnya.
Dia menukil al-Baqarah 152, Allah SWT berfirman:
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”
Pemimpin Contohkan Kebaikan, Ikhlas?
Pertanyaan lain datang dari Yos Rusdiansyah. Saat berorganisasi ada kalanya mencontohkan kebaikan karena ingin mendorong yang lain melakukannya. Maka dia bertanya, “Apakah memberi contoh dalam konteks ini termasuk tidak ikhlas?”
Aa Gym meluruskan, Rasulullah justru memberi uswatun hasanah (keteladanan). “Kalau bapak memberi keteladanan, itu amalan mulia! Pemimpin harus memberi contoh,” ujarnya.
Rumus pemimpin, kata Aa Gym, tuntut diri sendiri berubah, bantu yang lain berubah. Inilah yang membuat perubahan pergerakannya menjadi mudah. “Kita posisinya membantu, bukan menuntut!” tegasnya.
“Pemimpin suatu kaum itu pelayan kaumnya,” imbuhnya.
Hanya saja perlu menata niat, seperti ingin yang lain menjadi baik, jangan sampai supaya dikagumi. “Yang membedakan memang niatnya,” tutur dia.
Niat Ikhlas yang Utama
Orbiters bernama Sarjana menanyakan apakah benar, yang penting terus lakukan banyak kebaikan, ikhlas nomor belakangan? “Beri terus, ikhlas nomor dua. Nanti lama-lama kita juga akan ikhlas,” terangnya.
Aa Gym menjawab, justru yang utama menentukan niat dulu. Karena amal tergantung dari niat. “Shalat aja niatnya dulu, kalau shalat nggak jelas niatnya, nanti shalat apa ya?”
Yang disukai Allah, katanya, bukan banyak amal tapi amal yang berkualitas. Yang terpenting, imbuhnya, Allah menerima amal kita yang syaratnya niat!
Dia memahami jika seseorang belum bisa ikhlas 100 persen, sebab itu perjalanan panjang. Tapi harus serius, seperti halnya firman Allah dalam al-Ankabut 69, “Dan orang yang sungguh-sungguh mencari keridhaan Allah maka Allah benar-benar menunjukkan jalan-Nya.”
Ruh Ikhlas, Jiwa Amal
Di ujung pengajian, Din Syamsuddin menyimpulkan, ikhlas itu ruhnya, jiwanya amal. Kalau tidak ada ikhlas, tidak ada amal perbuatan itu. “Seringnya, kita terjebak secara tidak sengaja,” ujarnya.
Dia lantas mengingatkan pesan al-Quran, “Kamu shalat pun akan masuk neraka, kalau sholatnya hanya untuk dilihat.”
Maka, Din Syamsuddin mengajak peserta untuk senantiasa belajar ikhlas. “Tidak perlu pujian, tidak takut cacian!” tuturnya.
Dia juga mengajak saling beristighfar yang berlanjut taubat. “Astagfirullahaladzim, alladzi laa ilaaha illa huwa hayyul qayyum waatubuilaik,” terangnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni