PWMU.CO – Muhammadiyah Bawean disambangi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dalam kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat, Senin sampai Rabu (18-20/10/21).
Ketua Kegiatan R Muhammad Ali SS MPd dan enam anggota dari UAD melakukan penelitian, pelatihan, dan fotografi. Kegiatan penelitian dan pelatihan difokuskan sekolah SMK se-Bawean yang pelaksanaannya di Aula SMK Muhammadiyah 4 Daun. Sedangkan untuk kegiatan fotografi bertempat di Pantai Selayar.
“Dalam rangkaian kegiatan ini juga diagendakan acara ramah tamah dengan jajaran Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sangkapura, Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA), Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM), Pimpinan Cabang NA seusai sholat isya di Masjid Sholihin,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, lanjutnya, turut hadir dosen S2 Pendidikan Vokasi sekaligus Kepala Program Studi (Kaprodi) S1 Pendidikan Vokasional Teknologi Otomotif/PVTO, Dr Budi Santoso MPd.
Memperbarui Semangat
Dalam ramah tamah, R Muhammad Ali menegaskan penting bagi seluruh jajaran pimpinan di masing-masing tingkatan untuk selalu memperbarui emangat dan komitmen bersyarikat.
“Ibarat aki yang dipakai terus-menerus, pada saatnya akan habis dan harus dicash lagi agar daya listriknya kuat kembali,” tuturnya.
Ramah tamah semacam ini, sambungnya, memiliki efek sebagai proses recovery jiwa dan semangat berorganisasi untuk bisa tetap bertahan dan berkelanjutan (suistanable).
“Kita untuk menghindari sifat mutungan (baca Bawean: ngambhul) agar kerja organisasi tidak berhenti di tengah jalan.
Sharing Pengalaman
Budi Santoso mengatakan Pulau Bawean ke depan akan mengalami perkembangan pesat, sehingga dibutuhkan tenaga-tenaga yang tidak hanya pintar tapi juga terampil.
“Oleh karena itu kita harus mempersiapkan generasi muda dengan build up karakter dan soft skill yang baik. Inilah cara terbaik melindungi anak-anak kita,” tegasnya.
Berbagi Kisah Heroik
Budi Santoso pun menceritakan kisah heroic-nya dalam memajukan pendidikan Muhammadiya di Seram Utara Maluku Tengah. Tahun 1999 diperintah membuka SMP Muhammadiyah di sana. Perjalanan dari Ambon membutuhkan waktu dua hari menggunakan perahu.
“Yang menarik adalah saat mau kembali lagi ke Ambon. Karena satu hal yang mengharuskannya berjalan kaki dari pagi sampai malam hari menembus Hutan Seram Utara,” tuturnya.
Hal ini, harus dilakukan secara cepat sehingga bisa segera tiba di pelabuhan penyeberangan yang akan membawanya ke Pulau Ambon.
“Ini butuh perjuangan.” (*)
Penulis Abdul Fatah. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.