PWMU.CO – Arab Saudi menetapkan puasa Ramadhan pada hari Senin (11/3/2024).
Penetapan itu diumumkan setelah tim rukyatul hilal melihat hilal atau bulan sabit baru di gurun Hawtat Sudair.
Rukyatul hilal dilakukan para astronom dari Departemen Observatorium Astronomi Universitas Majmaah Riyadh pada Ahad (10/3/2024) petang jelang Maghrib.
Tim rukyatul dipimpin oleh astronom terkemuka Saudi, Abdullah Al-Khudairi, Direktur Observatorium Astronomi di Sudair. Demikian dilaporkan Arabnews.
Dari laporan tim rukyatul hilal itu kemudian Mahkamah Agung Saudi mengumumkan Senin, 11 Maret 2024, menjadi hari pertama Ramadhan.
Selain Arab Saudi, Qatar dan UEA juga telah mengonfirmasi bahwa Ramadhan dimulai pada hari Senin ini.
Al-Khudairi berkata,”Perhitungan dan teknologi melengkapi proses rukyatul hilal. Saya katakan perhitungan astronomi dan pengamatan dengan mata telanjang, seperti mata manusia, keduanya saling membutuhkan.”
Laporan Crescent Moon Watch tentang sistem pelacakan bulan yang dioperasikan oleh Nautical Almanac Office di Inggris, penampakan hilal dengan mata telanjang bisa terjadi di sebagian Pasifik dekat Kepulauan Hawaii serta sebagian Polinesia Prancis pada Ahad sore waktu setempat.
Di beberapa kawasan seperti Timur Tengah, Amerika Utara, dan Eropa hilal bisa terlihat pada 10 Maret menggunakan alat bantu teropong. Karena itu negara-negara di kawasan Timur Tengah atau Arab, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, hingga Lebanon sudah memasuki Ramadhan 1445 H pada 11 Maret.
Kondisi yang sama bisa terjadi di Amerika Serikat, serta negara-negara Eropa termasuk Inggris dan Turki.
Raturan umat muslim AS, Ahad malam sudah shalat tarawih di New York’s Time Square sambil berdoa untuk kebebasan bangsa Palestina.
Perayaan di Frankfurt
Umat muslim Jerman juga menetapkan puasa Ramadhan Senin (11/3/2024). Kaum muslim Jerman berkumpul di Kota Frankfurt menyambut Ramadhan dengan menyalakan lentera pada Ahad. Ini perayaan pertama kali secara nasional.
Sebuah papan besar bertuliskan Selamat Ramadhan dan tampilan lampu berbentuk bintang, lentera, dan bulan sabit menerangi pedestrian di pusat kota yang dipenuhi dengan restoran dan kafe.
Pejabat lokal dan media Jerman mengatakan ini adalah pertama kalinya sebuah kota di Jerman memasang penerangan jalan untuk Ramadhan.
Wali Kota Nargess Eskandari Gruenberg menyebutnya sebagai isyarat indah yang melambangkan hidup berdampingan secara damai bagi semua orang di Frankfurt.
”Di saat krisis dan perang, penerangan ini merupakan tanda harapan bagi semua orang dan memperkuat kohesi dalam masyarakat perkotaan kita yang beragam,” katanya dalam sebuah pernyataan awal pekan ini.
Kota Frankfurt di bagian barat, pusat keuangan Jerman dengan populasi lebih dari 750.000 orang, adalah rumah bagi sekitar 100.000 Muslim.
Lampu Ramadhan dilaporkan menelan biaya setidaknya 75.000 euro ($82.000).
Dekorasi jalanan Ramadhan juga dipajang di kota Köln untuk pertama kalinya, menurut laporan surat kabar Bild, meskipun dekorasi tersebut dibiayai oleh sumbangan swasta dan bukan dana publik.
Dewan Koordinasi Umat Islam cabang Frankfurt menyambut baik lampu jalan tersebut sebagai tanda “penghargaan dan pengakuan terhadap keragaman budaya dan agama di kota internasional kami.”
Editor Sugeng Purwanto