PWMU.CO – Keutamaan Empat Khalifah, Panduan untuk Memimpin Organisasi. Tidak ada sosok tauladan terbaik kecuali Rasulullah.
Dan tidak ada figur utama kecuali para sahabat nabi, termasuk empat Kholifah, yaitu Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi.
Hal ini disampaikan oleh Suwito saat memberikan materi dalam kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Pelajar Muhammadiyah (PKPM) SMK Muhammadiyah se-Kabupaten Lamongan. di Wonosalam Trainning Center (WTC) Mojokerto, Selasa (27/10/2021).
Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan ini menguraikan empat model kepemimpinan khalifah. “Mereka adalah tipikal pemimpin yang sangat amanah, adil, dan bijaksana,” tegasnya.
Keutamaan Empat Khalifah
Suwito menjelaskan, siapa yang tidak kenal dengan empat sosok sahabat Nabi itu. Ditulis dalam lembar buku sejarah. Menorehkan tinta emas dalam peradaban perkembangan Islam.
“Di medan perang, menjadi sosok yang tangguh dan cekatan dalam memainkan pedang. Bila malam menghabiskan waktu untuk bermunajat kepada Sang Rabbi, seperti merindukan kekasih yang lama tidak bersua,” jelasnya.
Inilah potret kehidupan keempat sahabat nabi tersebut yang dijelaskan Suwito.
Abu Bakar, Lembut dan Tegas
“Abu Bakar As-Siddiq, mempunyai karakter yang lembut. Suka menolong orang-orang yang lemah dan tertindas, di antaranya yang terkenal dalam sejarah dibebaskannya seorang budak, Bilal bin Rabah yang kelak kemudian menjadi muadzin Rasulullah,” urai Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lamongan ini.
Suwito menjelaskan, di samping kelembutannya yang luar biasa, Abu Bakar juga terkenal tegas dan teguh dalam prinsip, yaitu ketika dihadapkan kepada kemungkaran dan sesuatu yang menyalahi aturan.
“Beliau tidak kenal kompromi. Tipikal perpaduan antara kelembutan dan ketegasan menjadikan Khalifah Abu Bakar disegani oleh sahabat lain dan ditakuti musuh-musuh Islam,” papar lulusan MTs Muhammadiyah 15 Lamongan tersebut.
Selain itu, jelas Suwito, Abu Bakar as-Siddiq juga dikenal sebagai sosok sahabat yang bersegera di dalam melaksanakan kebaikan dan amal shaleh hampir di seluruh lini ibadah, mulai dari yang wajib dan sunnah.
“Terkait dengan jihad, Abu Bakar as-Siddiq di garda terdepan dari para sahabat yang lain,” ujarnya.
Dia menegaskan, prestasi lain yang ditorehkan oleh Abu Bakar as-Siddiq adalah dalam hal perluasan wilayah Islam. Juga kodifikasi al-Quran. Yang awalnya berserakan di daun-daun pelepah kurma, tulang-tulang, dan batu-batu, pada masa kepemimpinannya, dikodifikasi dan dikumpulkan meskipun belum menjadi sebagai mushaf.
Umar bin Khathab, Tegas dan Keras
Suwito menerangkan, bila dulu, sebelum Umar bin Khattab mendapat hidayah dari Allah, ketegasan dan kekerasannya untuk membela kebatilan dan kemungkaran.
“Namun saat masuk Islam, ketegasan dan keberanian Umar untuk membela Islam dan kemuliaan kaum Muslimin.” jelaspembina Ponpes Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan ini.
Di masa kepemimpinan Umar bin Khattab, Suwito mengungkapkan, jihad yang bersifat ofensif berhasil melakukan perluasan wilayah dan menumbangkan negara adidaya Parsi, Romawi, bahkan berlanjut sampai di Damaskus dan Palestina.
“Hal yang juga menjadi perhatian Kholifah ini adalah pembenahan administrasidan pendirian Baitul Mal. Bahkan marbut masjid pun digaji. Kalau dinilai sekarang sebesar Rp 60 juta dalam sebulan,” tandas pria asal Kecamatan Ngimbang ini. “Pemberlakuan kalender Islam resmi diberlakukan di masa ini,” tambahnya.
Ustman bin Affan, Pemalu yang Kaya
Menurut Suwito, sahabat sekaligus menantu Rasulullah ini memiliki talenta yang unik. “Dia ahli shadaqah, ahli puasa bahkan disebutkan dalam tarikh, Utsman bin Affan sering mengundang orang-orang fakir miskin kemudian dijamu di dalam istana dengan masakan menu raja. Sedangkan dia sendiri itu masuk ke dalam rumah makan dengan cuka,” urainya.
Tidak terhitung hartanya untuk dakwah, jihad izzul Islam wal Muslimin. Kalau dikurskan dengan nilai uang sekarang, kata Suwito, yang disedekahkan itu nilainya tidak ratusan atau miliaran, tapi triliunan.
“Bahkan, Ustman bin Affan, satu-satunya sahabat yang masih memiliki peninggalan harta sampai kini yang dimanfaatkan untuk kepentingan ummat, melalui Bank Ustman bin Affan,’” jelasnya.
Suwito, menguraikan keistimewaan Ustman yang lain, yaitu Rasulullah SAW menikahkan putrinya, Ummu Kalshum, dengannya. Sebelumnya Utsman beristrikan Ruqayah, putri Rasulullah SAW yang kedua tapi ia telah wafat. Julukan “Dzannurain” yang memilik dua cahaya, bersandar kepada Ustman.
Ali bin Abi Thalib, Sepupu dan Menantu Rasulullah
Suwito menerangkan, Ali bin Abi Thalib adalah khalifah keempat yang berkuasa pada tahun 656 sampai 661. Dia termasuk golongan pemeluk Islam pertama dan salah satu sahabat utama Nabi.
Secara silsilah, Ali adalah sepupu Nabi Muhammad, karena merupakan putra pamannya Abu Thalib. Pernikahan Ali dengan Fatimah az-Zahra juga menjadikannya sebagai menantu Nabi Muhammad.
Di era Khalifah Ali bin Abi Tholib terjadi fitnah luar biasa, namun para ahli sejarah Islam menyelidiki sumber berbagai macam fitnah tersebut di antaranya berasal dari seorang Yahudi, Abdullah bin Saba Al Yahudi Al Yamani.
“Inilah biangkerok dari berbagai macam konflik yang terjadi pada masa Ali bin Abi Tholib. Dia seorang Yahudi yang sangat licik dia mengadu domba antarsuku,” jelas Suwito.
Alumni Madrasah Aliyah Ponpes Al-Mukmin, Ngruki, Solo ini juga menjelaskan beberapa prestasi gemilang dalam kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.
Di antaranya: pertama, mengganti pejabat yang kurang cakap. Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, diakemudian mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap dalam bekerja.
Kedua, membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal). Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas negara. Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan permasalahan tersebut.
Dia menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat. “Masih banyak tonggak-tonggak sejarah lain yang diukir Khalifah Ali bin Abi Thalib,” kata Suwito. (*)
Keutamaan Empat Khalifah, Panduan untuk Memimpin Organisasi: Penulis Mohamad Su’ud Editor Mohammad Nurfatoni