PWMU.CO – SD Almadany Panen Kangkung Hidroponik, Kamis (28/10/2021). Tanaman kangkung dikembangan SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany), Kebomas, Gresik, secara hidroponik dan tanpa menggunakan energi listrik untuk proses pengairannya.
Sayuran kangkung yang dipanen kali ini tingginya sekitar 10-15 cm. Ada 20 ikat kangkung yang dipanen dari 20 pot botol bekas air mineral ukuran 1 liter. Para guru telah menanamnya di kebun sekolah sejak pekan pertama Oktober 2021.
Dipandu oleh H Hilmi Aziz MPdI menjadi guest teacher alias guru tamu, para siswa kelas IV bergembira ikut memanen kangkung. Satu per satu siswa mengambil pot berbahan botol bekas yang telah berisi tanaman kangkung siap petik.
“Ustadz … saya belum kebagian (mengambil pot),“ seru Arafat Deanova
“Oh ya, sini kamu ambil …” jawab Ustadz Hilmi, sapaannya, yang juga menjadi Ketua Majelis Dikdasmen di Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kedanyang, Kebomas, Gresik, ini.
“Sudah kebagian (pot berisi tanaman kangkung) semua?“ tanyanya.
Sejurus kemudian Ustadz Hilmi menyampaikan cara memanen kangkung yang benar. Batang kangkung dipegang kemudian digunting hingga menyisahkan bagian bawahnya. “Setelahnya kita bersihkan sisa bagian kangkung tadi hingga tidak ada lagi akar yang ada di media tanah dalam pot,” jelas dia.
Setumpuk kangkung telah terkumpul di tempeh. Sesekali perhatian siswa tertuju ke tumpukan itu. Ustadz Hilmi kemudian melanjutkan materi pembelajarannya.
“Nah anak-anak … setelah tadi kita memanen kangkung, sekarang ustadz tanya apa manfaat makan sayuran (kangkung)?”
Hanifa Arin Widiyangmuda mengacungkan jarinya dan mencoba menjawab. Menurutnya di dalam kangkung mengandung beragam gizi. Baik untuk kesehatan mata, baik untuk pertumbuhan otak.
Ustadz Hilmi pun mengangkat jempolnya tanda setuju dengan jawaban Arin.
Ustadz Hilmi melanjutkan, “Tanaman kangkung yang coba kita kembangkan di Almadany ini ditanam dengan sistem wick-hidroponik. Tanpa listrik atau sistem sumbu wick yaitu pot yang terbuat dari botol bekas air mineral yang dimanfaatkan sebagai instalasi budi daya tanaman,” terangnya.
Dia menjelaskan, bagian bawah botol bekas tersebut berfungsi bak larutan hara dan air. Air dan unsur hara tersebut merembes melalui melalui sumbu sehingga akar tanaman yang berada di tanah sebagai media semai memperoleh air dan unsur hara yang dibutuhkan.
Saat diberikan kesempatan untuk bertanya, Kayra Allena Makayla Putri menanyakan keuntungan dari sistem hidroponik ini, karena menurutnya sistem yang diajarkan berbeda dengan miliknya di rumah.
Dengan sabar Ustadz Hilmi menjelaskan keuntungan sistem wick ini. Di antaranya hemat energi, karena tidak menggunakan listrik melainkan proses pergantian air dilakukan secara manual (self watering).
Lalu instalasi yang dibutuhkan tersedia dengan mudah dari botol plastik bekas. Di samping itu penggunaan sampah bekas ini selaras dengan pengelolahan sampah 4R (reuse, reduce, replace, dan recycle).
Hidroponik Vertikultur
“Lalu anak-anak … teknik tanam hidronik kangkung ini menggunal cara vertikultur. Ada yang tau apa itu vertikultur?” tanya Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik ini.
Aneka jawaban khas anak-anak muncul atas pertanyaan itu, hingga dijelaskan oleh Ustadz Hilmi. “Vertikultur merupakan teknik bercocok tanam di ruang atau lahan sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat,” ternagnya.
Aidh Alqorni kemudian bertanya, ”Ustadz … manfaat (vertikultur) itu apa?”
Vertikultur, menurut Ustadz Hilmi, dapat dimanfaatkan di ruang atau tanah yang sempit sehingga tanaman banyak namun tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas.
Siswa kemudian diajak menebar bibit kangkung di media bekas yang tadi tanamannya telah dipanen. Sebelumnya Ustadz Hilmi menyampaikan tata cara sebelum bibit kangkug ditanam.
“Bibit direndam dalam air semalam agar ketika akan ditanam terlihat bibit yang baik dan yang tidak. Karena bibit yang baik akan tenggelam di air,” urai dia.
Setelah para guru sukses mengawali menanam kangkung yang di panen hari ini, kini giliran siswa yang menebar benih agar bisa dipanen tiga pekan ke depan.
Siswa menama bibit lalu membungkus pot dari botol bekas itu dengan plastik hitam dan diletakkan di bawah pohon agar tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Di akhir sesi, Ustadz Hilmi memberikan reward berupa uang jajan untuk lima siswa yang bertanya ataupun menjawab pertanyaan dengan baik dan benar. (*)
Penulis Mahfudz Efendi Editor Mohammad Nurfatoni