PWMU.CO – Profil Pelajar Muhammadiyah Ideal, Begini Sosoknya. Identitas Pelajar Muhammadiyah yang harus ditonjolkan adalah cerdas dan kreatif. Selain aspek moral dan relegius, maka kreatif dan cerdas tetap melekat dan menjadi ciri khas.
Pernyataan ini disampaikan oleh Muhammad Sa’id MPd, ketika menyampaikan materi berjudul Pelajar Cerdas dan Kreatif, dalam kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Pelajar Muhammadiyah (PKPM) SMK Muhammadiyah se-Kabupaten Lamongan, di Wonosalam Trainning Center (WTC) Mojokerto, Selasa (27/10/2021).
Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan ini mengungkapkan keprihatinannya tentang fenomena pelajar yang cangkruk di warung kopi berjam-jam tapi melupakan mengasah otak.
“Ini tantangan bagi Kalian agar tidak larut kebiasaan mereka, (tapi) justru (harus) memberikan contoh,” tandas Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Lamongan periode 2002-2006 itu.
Tiga Ciri Pelajar Kreatif
Selanjutnya, Said menguraikan tiga ciri pelajar kreatif. Yaitu: pertama, penuh energi tapi fokus. Menurutnya, orang kreatif cenderung memiliki energi yang luas, baik fisik maupun mental. Mereka bisa melakukan sesuatu berjam-jam yang menarik perhatiannya, dan terus menjaga stamina sepanjang waktu.
“Hal itu bukan berati orang kreatif hiperaktif. Mereka cenderung imajinatif, ingin tahu banyak hal, diam-diam berpikir, dan merenungkan hal yang menarik minat mereka,” tandas Wakil Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pangkatrejo.
Said berpesan agar dalam menjalankan amanah di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) atau Hizbul Wathan (HW), benar-benar serius dan fokus, tapi tidak melupakan belajar.
Ciri pelajar kreatif yang kedua ialah santai tapi serius. Menurut Said, orang kreatif ketika mengerjakan sesuatu, cenderung menunjukkan tekad dan kemauan keras.
Mereka bisa bekerja cukup lama, hingga mendapat hasil yang memuaskan. Orang kreatif disebut punya kesadaran, kreativitas yang sesungguhnya adalah gabungan antara bersenang-senang dan kerja keras.
“Begitu juga ketika Kalian menghadapi persoalan di organisasi, hadapilah secara rileks, jangan tegang, karena semua akan ada solusinya,” urai alumnus SMP Muhammadiyah 4 Pangkatrejo ini.
“Untuk menggerakkan IPM dan HW, agar lebih agresif, Anda harus menjadi seorang pemimpi. Berpikir jauh ke depan.”
Muhammad Sa’id
Pemimpi
Ketiga, ciri pelajar kreatif adalah pemimpi. Said menyampaikan, orang kreatif cenderung suka melamun dan membayangkan berbagai kemungkinan. Mereka bisa tenggelam dalam imajinasi dan fantasi, tapi tetap berpijak pada kenyataan. Orang kreatif pun kerap digambarkan sebagai pemimpi yang realisti.
“Banyak orang kreatif dari kalangan ilmuwan sampai seniman yang hadir menawarkan solusi yang imajinatif untuk suatu permasalahan,” katanya.
Awalnya, kata Said, banyak orang menganggap solusi tersebut sebagai ide yang penuh fantasi dan tidak relevan pada kondisi saat ini. Namun, sebenarnya solusi tersebut dibuat melampaui keseharian saat ini dan bisa menciptakan realitas baru.
“Untuk menggerakkan IPM dan HW, agar lebih agresif, Anda harus menjadi seorang pemimpi. Berpikir jauh ke depan,” tandas guru Bahasa Indonesia ini.
Lima Syarat Jadi Pelajar Cerdas
Melengkapi ciri pelajar ideal, Said menguraikan tentang indikasi pelajar cerdas, yang memiliki lima syarat. Yaitu: pertama, berpikir terbuka.
Orang pintar tidak menutup diri pada ide atau peluang baru. Orang-orang cerdas bersedia menerima dan mempertimbangkan pandangan lain dengan nilai dan pikiran yang luas dan bahwa mereka terbuka untuk solusi alternatif.
“Orang yang berpikiran terbuka—mereka yang mencari sudut pandang alternatif dan menimbang bukti dengan adil—cenderung mendapat skor lebih tinggi pada tes kecerdasan,” jelas pria yang juga Kepala SMP Negeri Solokuro, Lamongan, ini.
Kedua, memiliki empati yang tinggi. Orang pintar bisa hampir merasakan apa yang dipikirkan atau dirasakan seseorang. Mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan perasaan orang lain dan bertindak dengan cara yang peka terhadap kebutuhan tersebut, merupakan komponen inti dari kecerdasan emosional.
“Individu yang cerdas secara emosional biasanya sangat tertarik untuk berbicara dengan orang baru dan belajar lebih banyak tentang mereka,” jelas lulusan S1 Bahasa Indonesia, Universitas Terbuka, 1996 ini.
Terbuka pada Perubahan
Ketiga, terbuka dengan perubahan. Orang cerdas membiarkan diri mereka terpesona oleh hal-hal yang dianggap remeh oleh orang lain.
Said memaprkan, penelitian yang diterbitkan pada tahun 2016 menunjukkan ada hubungan antara kecerdasan masa kanak-kanak dan keterbukaan terhadap pengalaman (yang mencakup keingintahuan intelektual) di masa dewasa.
Para ilmuwan mengikuti ribuan orang yang lahir di Inggris Raya selama 50 tahun dan mengetahui bahwa anak berusia 11 tahun yang mendapat nilai lebih tinggi pada tes IQ ternyata lebih terbuka untuk pengalaman pada usia 50 tahun.
“Kalian jangan antikritik. Dikritik orang lain tidak akan menjatihkan martabat seorang pemimpin,” tegasnya.
“Setiap orang tentu pernah merasakan sakit, marah, kesal atau jengkel. Perbedaannya, bagaimana dia mengatasi emosi itu, dengan cara destruktif dan meledak-ledak atau tenang.”
Keempat, bisa jadi penengah. Yakni bisa menyelesaikan konflik tanpa melibatkan kekerasan juga mengindikasikan kecerdasan. Seseorang yang memiliki kemampuan interpersonal bisa mencari resolusi dari sebuah perdebatan atau pertengkaran.
“Kalian akan mengahadapi berbagai tipe anggota, perlu kedewasaan dalam menyikapi,” terang pria kelahiran tahun 1966.
Said melanjutkan, pemimpin yang mengalir darah penengah, akan mampu membaca bahasa tubuh antara dua pihak yang berkonflik. Kemudian menggunakan sinyal tersebut untuk mempertanyakan dan mendengarkan dengan seksama cerita dari kedua belah pihak.
Kelima, pandai mengatur emosi. Said menegaskan, setiap orang tentu pernah merasakan sakit, marah, kesal atau jengkel. Perbedaannya, bagaimana dia mengatasi emosi itu, dengan cara destruktif dan meledak-ledak atau tenang.
Cara orang mengekspresikan emosinya juga bisa menentukan tingkat kecerdasan. Mereka yang mampu mengatur emosi bisa dikatakan cerdas.
“Pantang bagi seorang pemimpin IPM dan HW mudah tersulut emosi, apalagi muda marah-marah dihadapan anggota. Justri sikap ini akan menjatihkan martabat seorang leader,” tandas pria asal Desa Parengan Kecamatan Maduran, Lamongan ini. (*)
Penulis Mohamad Su’ud Editor Mohammad Nurfatoni