PWMU.CO – Ustadz Wijayanto: Tiru Tiga Hal Ini dari Rasulullah. Hal ini Drs H Wijayanto MA sampaikan ketika berceramah di Pengajian Orbit Virtual, Kamis (28/10/2021) malam.
Ustadz Wijayanto menyatakan, di era disrupsi ini, semua kehilangan ruhnya. Jika beragama tapi kehilangan ruh, maka hilang Keislamannya. “Beragama tanpa ruh, religion without sacrifice!” tegasnya.
Itu nenurut dia seperti harimau. “Menakutkan kalau ada ruhnya, kalau sudah mati malah untuk mainan anak kecil,” ujarnya.
Maka, Ustadz Wijayanto menegaskan ada tiga hal yang perlu kita tiru dari Rasulullah SAW. Yaitu surah, sirah, dan sarirah.
Surah
Teladan pertama, surah atau performance. Ini tentang bagaimana Rasulullah SAW membuat satu gambar penampilan performa dirinya. “Termasuk kesehatan, kebersihan, kerapian cara berpakaian, pokoknya semua jadi sebuah pohon yang indah, rindang, sedap dipandang mata,” paparnya.
Dia menceritakan Rasulullah SAW pernah menegur pemuda yang tidak berpenampilan bagus. “Kamu boleh gondrong, tapi dirapikan, disisir. Itu kalau di Jogja namanya ‘buceri’, bule kok ngecet sendiri,” terangnya.
Untuk wanita pun ditetapkan ketentuan dalam berpakaian. Pertama, jangan berpakaian tapi telanjang (memperlihatkan lekukan tubuh). Kedua, tidak berpakaian tipis.
Ketiga, boleh pakai parfum tapi jangan menusuk hidung. “Sebaik-baik wanita kalau pakai parfum, sudah dekat baru bau (parfumnya). Jangan dari 100 meter sudah bau,” ujarnya.
Cara Jalan dan Bicara
Keempat, cara berjalan dan berbicara sebagaimana dalam surat Luqman ayat 19: “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Kemudian dia menegaskan agar menjaga cara berjalan ketika di depan umum. “Jalannya jangan lenggak-lenggok kayak pupuk onta, kayak di catwalk,” tutur Ustadz kelahiran Surakarta itu.
Dalam berbicara, tidak judes dan wajahnya tidak cemberut seperti ikan mas koki. Dia mencontohkan, “Dari mana Cici? Dari belakang. Rumahnya mana? Indonesia. Rumahnya di mana? Nggak saya bawa. Sudah makan? Sudah, nggak makan, mati.”
Kemudian dalam ber-make-up, Ustadz Wijayanto berpesan, “Jangan pakai lipstik merah membara seperti habis minum darah. Apalagi teman-temannya Cici, wah, bulu mata itu sampai 4 cm. Jadi kalau jalan sambil kayak membawa kepiting.”
Begitu juga dalam berkerudung, dia menyindir, “Kerudung yang bagus itu harus miring separuh, jadi kena mata satu ciputnya itu kayak bajak laut, Masyaallah!”
Sirah dan Sarirah
Teladan kedua, sirah. Semua aktivitas harian, termasuk cara makan, cara tidur. “Sangat kompleks sekali, semua harus dipahami secara menyeluruh, bukan sebagian-sebagian,” ucapnya.
“Jangan hanya atribut, tapi juga attitude! Di era disrupsi seolah cuma simbol-simbolnya saja tapi nilai-nilainya nggak dibawa, Islam tidak hanya bicara simbol tapi nilai-nilai yang mengikutinya,” tuturnya.
Teladan ketiga, sarirah. Yaitu wujud dari contoh Rasulullah SAW sebagaimana yang tercermin dalam Ibrahim ayat 24-25.
Ustadz Wijayanto menegaskan, ada tempat karakter yang perlu kita wujudkan sesuai ayat tersebut.
Pertama, seperti pohon yang baik. Bentuk luarnya bagus, aromanya bagus, buahnya bagus. Karena Allah suka keindahan, maka jadilah pribadi mempesona.
Dengan menjadi bapak dan ibu yang mempesona, lanjutnya, itu bisa menjadi uswah (teladan) bagi anaknya. Kalau bapak malas mandi, contohnya, anak juga meniru malas mandi.
“Sana belajar, biar nggak o’on persis mamamu, papa lagi di kantor ditelpon, (katanya) kita kedatangan densus, nanya jumlah anak,” kisahnya. Lalu dia menimpali dengan candaan, “Itu sensus! Masak jamaah Orbit nggak bisa bedain densus sama sensus.”
Tiga Karakter Lainnya
Dua, akarnya harus kuat. “Kekuatan penting karena Allah senang pada orang Mukmin yang kuat, maka orang Islam harus punya kekuatan,” terang Ustadz Wijayanto.
Ini termasuk dalam kekuatan sandang, pangan, dan papan. Dua, kekuatan dalam rongga kepala. “Karena orang dihargai tergantung pada ilmunya,” ucap dia.
Tiga, punya cabang-ranting menjulang tinggi. Dia mengingatkan jangan sampai mengambil hak orang miskin dengan tidak berzakat maupun membagikan hak itu ke orang kaya. Dia mengimbau, “Yang terpenting juga memiliki relasi sosial yang baik. Ibadahnya baik, muamalahnya baik!”
Empat, memberi buah di semua musim. Maka Rasulullah SAW mencontohkan tiga hal dalam menghadapi disrupsi. Yaitu sangat penolong, dermawan, dan mempesona. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni