PWMU.CO – Umat Islam Harus Siap Jadi Orang Asing. Din Syamsuddin menyampaikan pesan itu dalam Pengajian Orbit Virtual, Kamis (28/10/2021).
Ketika menutup Pengajian Orbit Virtual malam itu, Din Syamsuddin menilai, Ustadz Wijayanto telah merajut dengan baik materi pesan kelahiran dan kehadiran Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi tantangan dan ancaman era disrupsi.
Pada satu sisi, kata Din, sekitar 20 persen pemeluk Islam di dunia diramalkan akan menjadikan agama yang sedikit berbeda. Pada sisi lain, peradaban umat manusia penuh dengan kerusakan.
“Kadang pada kondisi umat Islam mayoritas, kita merasa seperti minoritas. Apalagi dalam latar sosial kependudukan Muslim minoritas, tidak mudah menjalankan agama,” ungkapnya.
Istikamah Pegang Identitas Muslim
Dari pesan Maulid Nabi yang Ustadz Wijayanto sampaikan, Din Syamsuddin menekankan, kita harus tetap istikamah berpegang teguh pada keyakinan keislaman kita dan mampu menjadi ‘orang asing’. Maksudnya, di tengah hiruk-pikuk kehidupan duniawi ini, kita tidak kehilangan jati diri atau identitas sebagai Muslim.
Sekaligus, dia menegaskan agar kita beragama secara ikhlas, semata-mata karena Allah. Menurut Din Syamsuddin,
dari unggahan tertentu di media sosial pun bisa mencerminkan ketidakikhlasan.
“Keikhlasan beragama dan berislam kita semata-mata beribadah kepada Allah secara jernih tanpa pamrih. Kita serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Sebagaimana pecinta sejati, yang mencintai tanpa motif apapun, bukan mencintai karena dia ingin dicintai,” terangnya.
Islam Wasathiyat
Din Syamsuddin menyimpulkan, di tengah banyaknya penawaran pemahaman keagamaan di kalangan umat Islam, Ustadz Wijayanto telah meneladankan, “Belajarlah agama dari mana pun, ambil yang terbaik!”
Selain itu, dia mengimbau agar kita tidak terjebak pada pemutlakan pemahaman. “Jangan main ini yang paling benar, apalagi menyalahkan. Apalagi tanpa memahami alasan dasar al-Quran dan as-Sunnah,” tuturnya.
Sebagai umat pertengahan, dia menyarankan untuk berpegang pada Islam wasathiyat. Salah satu cirinya bertasamuh, menoleransi, bertenggang rasa terhadap perbedaan.
Muslim Hanif
Islam ini, kata Din, berada pada jalur yang telah disampaikan Nabi Ibrahim AS. Dalam al-Quran, beliau menyatakan dirinya seorang Muslim yang hanif. “Kalau menyangkut kebenaran keyakinan (agama), tidak ada belok ke sana-ke mari,” terangnya.
Kata Din, Rasul pernah menyatakan, “Sesungguhnya keberagaman yang disukai oleh Allah—yang baik di sisi Allah—adalah keberagaman yang bertumbuh pada kehanifan yang berlapang dada, penuh tenggang rasa.”
“Rasulullah menebar rahmatan lil alamin agar di tengah era disrupsi yang penuh tantangan ini kita tetap istikamah berpegang teguh pada kebenaran,” ujarnya.
Terkahir, dia menyampaikan terima kasih kepada Ustadz Wijayanto yang kali ini—sesuai jadwal—hadir sebagai narasumber, padahal biasanya beliau rajin hadir sebagai pendengar di pengajian virtual rutin tiap dua pekan itu.
Tak lupa, terima kasih juga dia sampaikan kepada seluruh Orbiters dari seluruh pelosok Indonesia maupun luar negeri yang hadir hingga malam. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni