
Prostitusi dan korupsi tanda gangguan jiwa? Oleh Moh Saifudin SKep Ns SPsi MKes Dosen Prodi S1 Keperawatan Fak Ilmu Kesehatan, Umla.
PWMU.CO – Mahasiswa bertanya kepada saya, sebenarnya apa pentingnya mempelajari kesehatan jiwa? Terus apa manfaat mempelajari kesehatan jiwa untuk kehidupan kita?
Baiklah, mari kita ungkap dulu apa itu kesehatan jiwa, sebelum menjawab pertanyaan diatas. Kesehatan jiwa Menurut Undang-undang Kesehatan Jiwa tahun 2014 Bab I ayat 1, kesehatan jiwa adalah kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
World Health Organization (WHO) 2014 menyatakan, kesehatan jiwa adalah keadaan di mana individu menyadari potensinya, dapat mengatasi stres yang normal dalam kehidupan sehari-hari, dapat bekerja dengan produktif dan bermanfaat, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Kesehatan jiwa adalah situasi di mana individu mampu menyesuaikan diri secara adaptif terhadap segala permasalahan yang normal dalam lingkungan baik internal maupun eksternal dalam rentang kehidupanya.
Makhluk Holistik
Penjelasan di atas, sudah dapat menerangkan betapa kita sangat perlu mempelajari kesehatan jiwa, karena sangat berkaitan dengan kehidupan manusia sebagai makhluk holistik. Yaitu manusia sebagai mahluk yang padu, menyeluruh, dan saling terkait antara biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang tidak terpisahkan.
Kesehatan jiwa terdapat pada ranah psikologis, sehingga apabila ada salah satu komponen dari holistik manusia terganggu akan memengaruhi kehidupan manusia tersebut. Kesehatan jiwa manusia itu terganggu akan mempengaruhi segalanya baik fisik, sosial, dan spiritual yang pada akhirnya manusia tidak mampu produktif, tidak mampu bermanfaat dan tidak mampu berkontribusi terhadap komunitas dan atau masyarakat.
Kesehatan jiwa sangat dibutuhkan dalam kehidupan individu dan masyarakat. Jiwa yang terganggu dapat berupa gangguan psikososial, gangguan jiwa sampai terjadi sakit jiwa yang sampai dirawat di rumah sakit jiwa. Sebagai contoh, banyak sekali kejadian dan fenomena di masyarakat yang merugikan akibat tidak sehatnya jiwa seseorang, misalnya kejadian penembakan yang dilakukan di sekolah dasar di Amerika yang menewaskan sekitar 26 manusia di tahun 2012.
16 Ribu Kasus
Pemarah, agresif, cemas, depresi, putus harapan yang ini merupakan permasalahan yang luar biasa karena menurut Asosiasi Internasional untuk Pencegahan Bunuh Diri, setiap 40 detik seseorang melakukan bunuh diri di seluruh dunia, hal ini sama dengan rata-rata 800 ribu kejadian bunuh diri setiap tahunnya di seluruh dunia.
Di Indonesia terdapat lebih dari 16 ribu kasus bunuh diri setiap tahunya, ini artinya terdapat 2,6 kasus bunuh diri per 100 ribu orang di Indonesia (Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Kemenkes RI).
Fenomena di masyarakat tentang maraknya prostitusi, seks bebas, korupsi, kolusi, nepotisme, tawuran dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkannya yang berdampak negatif pada hidup dan kehidupan individu dan masyarakat, semuanya itu tidak akan terjadi apabila manusia mampu beradaptasi dengan apapun permasalahan pada dirinya sendiri maupun dengan lingkungan di luar dirinya.
Artinya manusia tersebut harus sehat jiwanya, tanpa mengabaikan kesehaan fisik, sosial dan spiritual yang kesemuanya sama penting dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Delapan Ciri
Kita memang tidak akan pernah luput dari permasalahan dalam kehidupan, sehingga hal tersebut akan dapat membuat kita stres, kita juga tidak menyadari apabila jiwa kita bisa sakit apabila mengabaikan stressor (yang membuat stres) tetap ada pada diri kita, sehingga kesehatan jiwa mutlak diperlukan dalam diri untuk menjalani kehidupan ini. Kita bisa lebih maju, lebih berhasil, lebih sukses dan lebih dapat berkontribusi pada komunitas dan lingkungan kita.
WHO merumuskan ada delapan ciri orang yang sehat jiwa adalah sebagai berikut, pertama, dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk. Kedua, memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
Ketiga, merasa lebih puas memberi daripada menerima. Keempat, merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan. Kelima, dapat berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
Keenam, dapat menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian hari. Tujuh, dapat mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. Dan, delapan mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
Beradaptasi dengan Lingkungan
Pada satu kesempatan Prof Dr R H Moeljono Notosudirdjo dr Sp S SpKJ MPH (JHU) mengatakan “Dari kesemua kriteria atau ciri manusia sehat jiwa bisa dikatakan dan disimpulkan manusia sehat jiwa apabila manusia itu mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap lingkungan meskipun lingkungan itu buruk”.
Semoga kita mempunyai ke delapan ciri sehat jiwa tersebut, yang itu akan sesuai dan sejalan dengan program yang dicanangkan pemerintah yaitu tentang revolusi mental dimana kesehatan jiwa menjadi hal yang utama untuk merubah bangsa ini menjadi lebih baik, maju, makmur, sejahtera dan dihargai oleh bangsa lain, dan tidak lagi terpuruk dalam segi ekonomi, moral, pendidikan dan sebagainya.
Korupsi, kolusi dan nepotisme semoga segera diberantas, semoga kita sebagai anak bangsa bisa bersumbangsih untuk mengubah bangsa ini kearah lebih baik dengan perubahan perilaku kita menjadi lebih baik lagi yang dimulai dengan kita harus mempunyai jiwa yang sehat dalam proses perubahan bangsa ini ke depan, bukankah lagu Indonesia Raya yang merupakan lagu kebangsaan kita juga menempatkan pembangunan jiwa lebih dulu baru kemudian badan? “Bangunlah Jiwanya bangunlah Badan nya untuk Indonesia Raya”.
Tidak ada perubahan tanpa harapan dan harapan tidak akan tercapai tanpa ada motivasi dan kemauan untuk berubah, kemauan dan motivasi hanya akan jadi tulisan saja kalau tidak dilaksanakan, kalau memang kita mempunyai jiwa yang sehat buktikan itu.
Ubahlah mulai dari hal yang kecil, mulailah dari diri sendiri dan mulailah dari sekarang, kita menjadi lebih baik lagi dan pada kelanjutanya dengan sehat jiwa kita mempunyai sumbangsih terhadap bangsa ini untuk lebih maju dan lebih sejahtera, semoga saja, amin. Salam sehat jiwa! (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.