PWMU.CO– Strategi dakwah untuk generasi milenial harus mampu beradaptasi dengan kebudayaan modern. Aktif mengajak dialog memahami arus modernisasi secara benar dan tidak tertinggal dengan informas aktual.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Gresik, Idha Rahayuningsih MPsi, dalam Sekolah Kader Majelis Pendidikan Kader, Ahad (31/10/2021).
Dia menjelaskan, strategi dakwah milenial, pertama, gunakan media dakwah digital seperti gadget dan media sosial. ”Portal dakwah kontennya tidak selalu tulisan, dapat dikemas dalam bentuk vlog, soundcloud, infografis, juga meme, dimuat di YouTube agar dakwah makin meluas,” kata Idha.
Dakwah, sambung dia, juga dapat dilakukan secara online dengan memanfaatkan YouTube, Instagram, dan sebagainya, sebelum akhirnya bisa fenomenal secara offline.
Kedua, pengemasan pesan-pesan dakwah harus menarik. Pesan dakwah harus dikemas melalui konten-konten yang akrab dengan generasi kekinian. ”Materi dakwah bagus kalau tidak didukung dengan kemasan yang menarik, akan ditinggal audience,” tuturnya.
Idha mengajak seluruh peserta sekolah kader untuk mengonstruksi kembali dakwah yang sudah dilakukan. ”Ayo kita tingkatkan keilmuan kita dalam menjawab tantangan dakwah di era milenial ini, menjadi individu yang inovatif,” ujarnya.
”Individu yang cenderung menolak kemapanan yang dianggap using. Individu yang menghargai waktu, kerja keras, efisiensi, individual, berproduksi, objektif, dan individu menginginkan perubahan,” tandasnya.
Sebelumnya Idha menjelaskan disebut milenial adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Juga dikenal sebagai Generasi Y atau Generasi Langgas.
Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Umurnya diperkirakan antara 15 hingga 35 tahun.
”Karakteristik milenial, berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital, seperti komputer, video games, dan smartphone ,” papar dia.
Tingkat migrasi generasi millenial lebih tinggi dibandingkan generasi yang lain. Diperkirakan tinggi tingkat migrasi mencapai puncaknya pada tahun 2036, yaitu sebesar 81,1 juta jiwa.
Dia menjelaskan, menurut beberapa studi, generasi milenial dalam berkomunikasi banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging dan media sosial seperti Facebook, Line, Path, Instagram, Whatsapp dan Twitter. ”Yang membuat semua orang tua gerah adalah kesukaannya bermain game online,” ujarnya.
Generasi ini dikenal sangat senang menghabiskan hidupnya di jejaring media daring. melihat dunia tidak secara langsung melainkan hidup di dunia maya. mulai dari berkomunikasi, berbelanja online, mendapatkan informasi, dan kegiatan lainnya.
Diungkapkan sisi negatif generasi milenial di antaranya : 1. merupakan pribadi yang pemalas, narsis, 2. suka sekali melompat dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain, 3. lebih terkesan individual, 4. mengabaikan masalah politik, 5. fokus pada nilai-nilai materialistis, 6. kurang peduli membantu sesama.
Sedangkan sisi positif generasi milenial di antaranya 1. optimis, 2. menerima ide dan cara hidup baru, 3. pikirannya terbuka, pendukung kesetaraan hak (misalnya tentang LGBT atau kaum minoritas), 4. percaya diri tinggi, 5. mampu mengekspresikan perasaannya, 6. pribadi liberal. (*)
Penulis Lilik Isnawati Editor Sugeng Purwanto