PWMU.CO – Teknik Membaca Cepat dengan Skimming dan Scanning disampaikan oleh Ria Eka Lestari SSi dalam acara Semesta Syarat Membaca, Jumat (30/10/2021).
Semarak Bulan Bahasa dan Pemasyarakatan Minat Baca (Semesta Syarat Membaca) digelar secara virtual oleh SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik untuk memperingati Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia yang diperingati setiap Oktober dalam momentum Sumpah Pemuda.
Guru IPA yang biasa dipanggil Tari ini mengungkapkan pentingnya membaca cepat atau speed reading. “Karena dengan membaca cepat sangat membantu dalam mengerjakan soal-soal AKM (asesmen kompetensi minumum),” ujarnya.
Sebelum menyampaikan secara mendalam teknik membaca cepat, Tari mengutip kalimat bijak dari Alvin Toffler, seorang futurolog alias ahli pemikiran masa depan: “Yang disebut buta huruf pada abad 21 bukannya yang tidak bisa membaca atau menulis. Tetapi mereka yang nggak bisa belajar, melepaskan yang diketahuinya dan belajar ulang.”
Teknik Membaca Cepat
Menurut Penanggung Jawab Bimbingan dan Konseling (BK) SDMM ini cara sederhana dalam membaca cepat adalah dengan membiasakan membaca dalam satu kalimat utuh, bukan kata per kata.
“Usahakan membaca tidak bergumam, menggerakkan jari sesuai bacaan, menemukan kata kunci dan ide atau kalimat utama dalam setiap paragraf,” ujarnya. “Selain keempat tadi usahakan Kalian membaca dalam keadaan enak. Tidak lapar, mengantuk apalagi cahaya kurang.”
Ibunda Kayla Mumtazah Mudzakir siswa kelas VI KH Ibrahim SDMM ini melanjutkan bagaimana cara membaca cepat di antaranya dengan teknik skimming. Yaitu membaca sesuatu secara sekilas, menemukan ide utama dari bacaan, dibaca secara berlompat-lompat dari bab ke bab lainnya dan banyak mengandalkan daftar isi.
Contohnya saat membaca buku Ki Hajar Dewantara yang berisi tentang pendidikan. Tari memberi contoh ketika mencari tentang definisi pendidikan, maka dia mencarinya di daftar isi. Setelah ketemu maka ke halaman yang dituju, misalnya halaman 9.
Selain skimming Tari juga menerangkan teknik scanning. Yaitu teknik untuk mendapatkan informasi secara spesifik, cepat, dan akurat. “Teknik ini biasanya kalau kita berada di toko buku. Ketika kita di toko buku kira-kira buku ini bagus apa tidak ya? Maka perlu teknik scanning di mana halaman buku dibaca secara cepat jadi tahu buku itu bagus apa nggak ya,” terangnya.
“Jadilah pembaca aktif, bukan (sekadar) aktif membaca.”
Ria Eka Lestari
Tulis Ulang Apa yang Dibaca
Setelah menggunakan semua teknik, lulusan Biologi ITS ini menjelaskan pentingnya menulis ulang apa yang telah dibaca dalam bentuk poin-poin penting. “Bisa dalam bentuk peta konsep atau mind mapping sehingga kita biasakan diri kita untuk menjadi pembaca aktif bukan (sekadar) aktif membaca,” pesannya.
Dia menerangkan aktif membaca bisa membuat kita banyak membaca tapi tidak lebih paham dengan apa yang kita baca. “Perbedaannya ada pada kualitas bacaan dan proses membacanya,” tandasnya.
Boneka Salma
Acara Semesta Syarat Membaca dibagi dalam dua sesi. Pertama untuk siswa kecil kelas I, II, dan II. Sedangkan sesi kedua untuk siswa kelas besa IV, V, dan VI.
Untuk menghidupkan suasana, Nur Aini Octafiya SPd—sang pembawa acara—memainkan boneka tangan bernama Salma. Dengan cara itu dia bisa menarik keaktifan dan membangkitkan semangat siswa.
Dalam acara virtual melalui Zoom itu ada pembacaan naskah Sumpah Pemuda secara serentak, yang dipimpin oleh beberapa perwakilan siswa.
Untuk kelas kecil diwakili siswa kelas III, yaitu Abraham Ghazi Andria Putra, Izz Zayani Almaas, Kayyisah Zarifah, Muhammad Afifuddin, Afsar Mahvin, dan Nova Dizkirika Ardelia. Sedangkan kelas besar dipimpin oleh siswa kelas V yaitu Ahmad Rayyan, Aulia Rifqi Dwi Masayu dan Narendra.
Di acara tersebut, Koordinator Kesiswaan Athiq Amiliyah SPd menyampaikan sejarah Sumpah Pemuda. “Pada saat itu pemuda-pemuda seluruh Nusantara berikrar Sumpah Pemuda. Di mana semua pemuda berkumpul untuk berjuang dengan semangat untuk bersatu melawan penjajah,” ujarnya.
Athiq menitipkan pesan agar para siswa SDMM bersemangat belajar seperti semangatnya para pemuda saat berikrar Sumpah Pemuda. (*)
Penulis Zaki Abdul Wahid Editor Mohammad Nurfatoni