PWMU.CO– Menulis mimpi anak menjadi ulasan acara parenting di Sekolah Kreatif Menganti (SD Muhammadiyah 1 Menganti) yang digelar Sabtu (6/11/2021).
Ini kegiatan parenting pertama yang diadakan setelah dilaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Wali siswa dari kelas 1 hingga kelas 3 yang menjadi tamu undangan dalam kegiatan ini, guru-guru dan pemateri tetap menjaga protokol kesehatan guna menekan penyebaran Covid-19.
Parenting bertajuk Membangkitkan Semangat Siswa dari Learning Loss. Learning Loss adalah istilah yang diartikan sebagai hilangnya pengetahuan atau keterampilan individu karena kondisi tertentu.
Menurut guru pendamping khusus (GPK) Sekolah Kreatif Menganti, Findivia Egga Fahruni SPd, tema learning loss sangat cocok untuk diskusi parenting kali ini. Sebab membantu wali siswa yang kebingungan menangani putra-putri mereka yang semangat belajarnya menurun ketika pembelajaran di masa pandemi Covid-19. ”Kami berharap semangat belajar anak-anak bisa sepenuhnya pulih,” ujar guru yang disapa Ustadzah Findi itu.
Ketua Satuan Mitigasi Crisis Center (SMCC) Universitas Negeri Surabaya, Dr Diana Rahmasari SPsi MSi, yang menjadi narasumber mengatakan, peran pendidik dan orangtua sangat penting bagi anak di masa pandemi ini.
Guru harus lebih kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran, dan orangtua pun harus mengenali emosi anak.
Untuk mengembalikan semangat belajar siswa yang menurun ketika learning loss, Diana memberikan tips agar siswa menuliskan mimpinya. ”Dengan menulis mimpi, anak akan lebih termotivasi untuk belajar, karena mereka memiliki goal atau tujuan,” terangnya.
Diana menegaskan kepada wali siswa agar mendorong putra-putrinya menuliskan mimpinya. ”Hanya anak kita yang tahu apa mimpi mereka, karena dengan mimpi itulah mereka tahu apa yang mereka mau,” katanya.
Wali siswa SD Muhammadiyah Menganti yang hadir sangat antusias mengikuti diskusi. Beberapa pertanyaan mereka sampaikan saat sesi tanya jawab. Sri Ningsih, ibu dari Clevarro Aska, menjadi paham untuk mengenali suasana hati anak, karena anak juga dapat stres saat belajar.
Haryati, ibu dari Janeeta Fathiyyah, dapat merasakan putrinya lebih tergantung dengan gadget dan emosinya kurang stabil. Setelah mengikuti diskusi dalam kegiatan parenting ini, Haryati mendapat pemahaman salah satu cara untuk meredam emosi anak dengan memeluknya. Karena pelukan memberi rasa damai sehingga anak menjadi lebih tenang.
Penulis Rawadan Reza Rachman Editor Sugeng Purwanto