PWMU.CO– Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Makassar menggelar webinar mengangkat tema Pembentukan Karakter dalam Implementasi Kasus Emergensi.
Kegiatan ilmiah ini digelar secara daring melalui Zoom meeting, Sabtu (13/11/2021). Narasumber yang dihadirkan Prof dr Husni Tanra PhD (Guru Besar FK Unhas) dan Prof Suryani As’äd (Dekan FKIK Unismuh Makassar). Acara dipandu dr Muh Hardian Nugraha.
Dalam pengantarnya, Dekan FKIK Unismuh Prof Suryani menyatakan, keunggulan dalam bidang kegawatdaruratan merupakan visi fakultas yang dipimpinnya.
”Kegiatan ini merupakan perwujudan dari 2 dari 10 strategi Unismuh Makassar, khususnya pada aspek pengembangan SDM dan pembinaan mahasiswa,” jelas Suryani.
FKIK Unismuh, lanjutnya, sengaja mengundang Prof Husni Tanra, karena ia memiliki banyak pengalaman khususnya dalam penanganan kegawatdaruratan.
”Beliau ini dokter yang sangat disegani di Asia, bahkan mendapat penghargaan dari Kaisar Jepang,” ungkap Suryani.
Sementara Rektor Unismuh Makassar Prof Ambo Asse sangat mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi FKIK. Menurutnya, karakter yang penting dibangun Unismuh Makassar adalah karakter islami.
”Karakter Islami itu akhlakul karimah. Harapan kita, para mahasiswa kedokteran Unismuh sopan dalam bersikap, santun dalam berkomunikasi, serta sigap dalam penanganan kegawatdaruratan sesuai visi FKIK,” urai Ambo Asse.
Kualitas Dokter yang Baik
Prof Andi Husni Tanra memaparkan materi tentang Membangun Kualitas Dokter yang Baik serta Unggul dalam Kegawatdaruratan Medik.
Menurutnya, kemampuan utama yang perlu dimiliki dokter adalah keterampilan berkomunikasi, disertai keramahan dan kesopanan.
”Jadilah pendengar yang baik. Jangan baru dengar sedikit keluhan pasien, langsung tulis resep. Luangkan waktu untuk mendengar cerita pasien,” jelasnya.
Andi Husni Tanra melanjutkan, dokter juga harus melakukan pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab. “Tetap berdedikasi walaupun lelah. Bahkan jika perlu melakukan hal yang melebihi kewajibannya demi kepentingan pasien,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, dokter juga perlu memiliki sikap simpat dan empati. “Sifat ini akan membentuk perilaku yang berdedikasi untuk menolong pasien sepenuh hati dengan tulus ikhlas,” tuturnya.
Ia juga mengingatkan agar para mahasiswa kedokteran senantiasa memperkaya pengetahuan. “Banyak membaca itu memperlambat kepikunan. Sel otak itu bisa bertahan hingga 120 tahun, namun perlu selalu distimulasi dengan membaca,” jelasnya.
Pembicara kedua, Prof Suryani As’ád membahas membahas seputar jaminan mutu pendidikan dokter Indonesia yang Islami pada masa masa pandemi.
”Salah satu pembeda Fakultas Kedokteran di PTM dengan PTN atau PTS swasta lainnya adalah adanya Wakil Dekan yang membidangi pembinaan Al-Islam Kemuhammadiyahan,” jelas Prof Suryani.
FKIK Unismuh juga senantiasa berupaya memenuhi standar nasional pendidikan profesi dokter Indonesia. Dalam penerimaan mahasiswa baru, diterapkan Computer Based Test (CBT), tes psikologi, dan tes narkoba.
“Meskipun kita berada pada masa pandemi Covid-19, kami terus berupaya menjamin quality control, agar bisa menghasilkan dokter yang Islami,” tandasnya. (*)
Penulis Hadisaputra Editor Sugeng Purwanto