Aisyiyah Itu Muslimatnya Muhammadiyah. Catatan perjalanan ditulis oleh Humaiyah, Sekretaris Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Tanggul, Jember.
PWMU.CO – Sabtu (13/11/2021) pukul 06.00, saya tiba di Pondok Tahfidh Asrama Bambu Kuning yang terletak di utara Stasiun Tanggul. Masih sepi. Langit mendung hitam pekat. Sesekali hujan mengguyur. Hujan reda hujan lagi.
Tak lama Diana Salim, anggota Pimpinan Ranting Aisyiyah Tanggul Wetan datang sambil membawa sekresek besar nasi bungkus.
“Sendiriaan Bu Hum?” sapa wanita murah senyum ini.
“Iya Bu. Sebentar lagi ibu-ibu yang lain datang Bu,” jawab saya.
Tak lama, Hj Sri Himawati Wardan—sesepuh Aisyiyah yang rumahnya bersebelahan dengan Asrama Bambu Kuning—keluar ke teras dan berkata,”Ibu-ibu tunggu di sini saja. Hujan.”
Sambil menunggu ibu-ibu yang lain berdatangan, terjadilah obrolan ini:
“Kalau cuma hujan rumah kebocoran. Gak usah sambat. Rumah bocor bisa ditadahi. (Sementara) ada banyak saudara kita yang terkena banjir dan tidur di tempat-tempat pengungsian,” nasehat sesepuh kelahiran Yogyakarta ini. Kami pun yang mendengarkan manggut-manggut tanda setuju.
Tak lama ibuiibu berseragam nasional Aisyiyah berdatangan. Ada juga para suami yang mengantar sumbangan nasi bungkus dan minuman mineral karena istrinya berhalangan hadir.
Setelah terkumpul semua ada 600 nasi bungkus dan 25 kotak air minum mineral dalam kemasan gelas. Ada dua mobil yang akan mengantar. Satu mobil pick upmembawa barang. Dan mobil yang lain membawa ibu-ibu Aisyiyah Tanggul melaksanakan bakti sosial di daerah bencana banjir yaitu Desa Pondok Joyo, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember.
Banjir oleh Hujan Lebat
Tepat pukul 06.45 rombongan berangkat. Pos pertama yang akan dituju adalah Balai Desa Pondok Joyo. Sehari sebelumnya kami sudah berkoordinasi dengan istri Kepala Desa, Bu Salma.
Sesampai di balai desa, Bu Kades menyambut dengan senyum ramah. Tampak hadir Kades Pondok Joyo, Didik Saenullah dan beberapa perangkat desa.
“Kami dari Aisyiyah Tanggul, Bapak-Ibu. Asyiyah itu Muslimat-nya Muhammadiyah,” kata saya memperkenalkan diri. Yang hadir pun mengangguk-angguk pertanda paham. Saya sengaja memakai kalimat itu karena kami di daerah ini termasuk minoritas. Mereka lebih kenal Muslimat darupada Aisyiyah.
Menurut keterangan Didik Saenullah, banjir yang terjadi karena hujan lebat pada Rabu (10/11/2021) paling parah yang pernah terjadi di desa ini.
Ada lima sungai yang bermuara di sungai Pondok Joyo. Jadi ketika ada hujan lebat, sungai tidak lagi mampu menampung air. Air sungai meluap dan membanjiri rumah-rumah warga. Terutama rumah yang terletak di pinggir sungai.
Daerah yang terdampak paling parah adalah Dusun Pondok Rampal. Setelah perkenalan, rombongan aparat desa mengantar kami menuju daerah yang terdampak banjir. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni