PWMU.CO – Sebuah peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kebangkitan wanita Indonesia adalah Konggres Wanita Indonesia pertama, di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, Yogyakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928. Konggres organisasi-organisasi wanita Indonesia yang dikemudian hari dikenal dengan nama ‘Kowani’ inilah sebagai landasan yuridis maupun filosofis penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.
“Dalam sejarahnya ‘Aisyiyah bersama-sama dengan organisasi wanita lain berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan serta belenggu kebodohaan. Waktu itu terdapat 48 organisasi wanita yang bergabung,” kata Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Siti Dalilah Candrawati menceritakan.
Baca: Ini Salah Satu Perbandingan Kartini dan Siti Walidah dan Aisyiyah Harus Jadi Kekuatan yang Mencerahkan Bangsa)
Candra menuturkan, Hoodfdbestuur (Pimpinan Pusat) ‘Aisyiyah pada waktu itu menugaskan dua pimpinannya. Yaitu, Siti Munjiyah dan Hayyinah Mawardi sebagai peserta konggres wanita. Tak disangka-sangka keduanya ternyata dipercaya sebagai pimpinan konggres oleh para peserta. Siti Munjiyah terpilih sebagai Wakil Ketua Pimpinan Konggres dan Hayyinah sebagai anggota.
Di samping itu kedua delegasi ‘Aisyiyah ini juga diberi kepercayaan untuk menyampaikan pidato. Siti Munjiyah berpidato tentang ‘Kodrat Wanita’. Sedangkan, Hayyinah berpidato mengenai ‘Persatuan Wanita’. Karenanya, peran ‘Aisyiyah dalam kongres pun semakin diperhitungkan.
(Baca juga: Aisyiyah Perkuat Peran Pendampingan Perempuan dengan Paralegal)
”Ini menunjukkan bahwa keduanya adalah wanita yang memiliki kemampuan serta integritas tinggi. Sehingga dipercaya memimpin dan menyampaikan pandangan-pandangan (secara perspektif Islam) mengenai wanita di hadapan sekian banyak organisasi peserta konggres,” tegas Chandra.
Berlanjut di Halaman 2