PWMU.CO – Sekolah Ekoliterasi IPM Lamongan digelar sebagai upaya responsif terkait isu lingkungan yang bermunculan seiring berkembangnya pembangunan.
Ketua Umum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Lamongan Abdul Kholis Fadli mengatakan, befoster akronin dari before, process, and after. “Yakni konsep digital follow up dari kegiatan Sekolah Ekoliterasi yang dilaksanakan PD IPM Lamongan,” tuturnya.
Abdul Kholis mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 3 Babat Lamongan tersebut, berangkat dari isu lingkungan yang dewasa ini cenderung bermunculan seiring perkembangan pembangunan dan perubahan pola hidup masyarakat.
“Sebagai tindakan responsif, Pelajar Muhammadiyah Lamongan menggelar forum khusus bertajuk Sekolah Ekoliterasi sebagai respon Pelajar Muhammadiyah Lamongan atas permasalahan lingkungan,” jelasnya.
Permasalahan lingkungan, sambungnya, bukan kondisi biasa yang bisa direspon dengan cara biasa pula. “Karenanya, Sekolah Ekoliterasi IPM Lamongan menjadi terobosan baru dalam menggerakkan kader IPM, khususnya untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk tindakan,” ungkap dia pada acara yang digelar pada Sabtu-Ahad (13-14/11/21) itu.
Di WhatsApp Story-nya pada Senin (15/11/21), Abdul Kholis menulis, bukan sekolah namanya kalau cuma dua hari. Karena Sekolah Ekoliterasi menjadi forum mengkaji isu lingkungan secara teoritis dan mendasar. Serta menggali konsep berfikir yang kritis, sistematis, dan sustain. “Sehingga kemudian bukan sekadar berujung di acara penutup, melainkan berlanjut pada digital follow up yang konkrit dan berkelanjutan,” paparnya.
Ipmawan Kholis—sapaan Abdul kholis Fadli—juga mengatakan, tujuan dilaksanakannya Sekolah Ekoliterasi adalah menjadi upaya untuk memberikan penyadaran kepada pelajar, tentang pentingnya peduli terhadap lingkungan, maka keberlanjutannya harus diwujudkan bersama. “Melalui sistem before, process, and after, peserta dapat dipantau terkait tindakan konkritnya pasca mengkaji bersama terkait keilmuan dan isu lingkungan.,” urainya.
Teknis Befoster
Teknis befoster , lanjut dia, tergolong mudah, para alumni Sekolah Ekoliterasi cukup melakukan hal berikut secara rutin. Pertama, menemukan kondisi lingkungan sekitar yang memerlukan tindakan pencegahan dari kerusakan. “Juga mengabadikan kondisi tersebut melalui foto,” tuturnya.
Ketiga, melakukan tindakan atau upaya pencegahan kerusakan lingkungan pada kondisi yang telah ditemukan pada poin 1. Keempat, mengabadikan tindakan yang dilakukan melalui foto.
“Kelima, setelah upaya pencegahan kerusakan lingkungan selesai dilakukan, kondisi akhir diabadikan melalui foto. Selanjutnya, ketiganya yakni foto before, process, and after dikirim ke WhatsApp group untuk memastikan, masing-masing alumni telah mengimplementasikan ilmu yang telah didapat dari Sekolah Ekoliterasi dan dapat bermanfaat bagi lingkungan,” urainya. Sedangkan yang terakhir adalah melakukan poin 1-6 selama 21 hari.
Dia juga menjelaskan, mengolaborasikan kemudahan teknologi dan tanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan, diterapkan dalam satu agenda follow up oleh PD IPM Lamongan. “Hal tersebut menjadi representasi kader Muhammadiyah yang solutif dalam menyikapi tantangan dan peluang,” tegasnya.
Dalam 21 hari ke depan, kata Ipmawan Kholis, alumni Sekolah Ekoliterasi PD IPM Lamongan diamanahi untuk menjalankan tanggungjawab befoster yang merupakan follow up acara tersebut. “Ini dimaksudkan untuk membentuk habit, sehingga durasi 21 hari menjadi langkah yang dilakukan,” ujarnya.
Ipmawan Kholis juga mengungkap tujuan befoster dilakukan. Selain untuk membangun habit yang diawali dari tanggungjawab, alumni Sekolah Ekoliterasi juga diharapkan mempunyai kesadaran kritis terhadap lingkungan. “Sehingga ke depan dapat menganalisis problem yang ada dan menawarkan solusi melalui gagasan maupun gerakan kreatif,” terangnya. (*)
Penulis Fatma Hajar Islamiyah. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.