Hari Guru Nasional, Bergeraklah dengan Hati ditulis oleh Nely Izzatul, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
PWMU.CO – Hari Guru Nasional (HGN) diperingati setiap tanggal 25 November. Dalam catatan sejarah, peringatan HGN ini ditetapkan bersamaan dengan lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) 76 tahun yang lalu.
Dilansir dari situs resmi Kemdikbudristek, momentum peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2021 ini mengangkat tema Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan. Tema yang sangat relevan untuk menjawab persoalan pendidikan yang masih belum sepenuhnya pulih akibat pandemi Covid-19.
Meminjam istilah Prof Biyanto (Jawa Pos, 9/2/2021), sepanjang era pandemi telah terjadi learning lost (hilangnya pembelajaran). Hal ini dikarenakan hilangnya pengalaman dan kemampuan belajar bagi sebagian besar peserta didik, yang mengakibatkan standar kompetensi dan ketuntasan pembelajaran tidak tercapai.
Pandemi Covid-19 yang muncul sejak Maret 2020 di Indonesia memang menjadikan hakikat pendidikan sedikit tereduksi. Hakikat pendidikan sebagai transfer of knowledge, transfer of value, transfer of culture dan transfer of religious tidak bisa secara efektif dan interaktif dilakukan oleh guru, karena pembelajaran terbatas di ruang virtual.
Dalam konteks ajaran Islam, Menurut Prof Dr Ahmad Tafsir, hakikat pendidikan yakni mengembalikan fitrah atau nilai-nilai ilahiyah manusia dengan bimbingan al-Quran dan ak-Hadits sehingga terbentuk manusia paripurna (insan kamil). Di sinilah peran guru sangat dibutuhkan untuk membentuk peserta didik yang ber-akhlaqul karimah dan berkarakter paripurna.
Berpikir, Bergerak, Mendidik dengan Hati
Di era pandemi saat ini, guru memiliki peran sentral dalam membantu memulihkan pendidikan. Selaras dengan tema HGN yang diusung, guru harus bisa mendidik dengan hati, berpikir dengan hati, bergerak dengan hati untuk turut serta mengatasi pandemi yang belum berkesudahan ini.
Hati yang dalam bahasa Arab berarti qalbun merupakan organ kecil dalam diri manusia namun memiliki peran vital bagi seluruh jasadnya. Keberadaannya dapat menentukan baik dan buruk suatu amalan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
“Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh, dan jika rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah ia adalah hati.” (HR al-Bukhari)
Hati identik dengan perasaan atau kepekaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hati adalah sesuatu yang ada dalam tubuh manusia, yang dianggap sebagai tempat segala perasaan.
Begitu urgensinya hati, bahkan di saat seseorang ragu terhadap sesuatu kebaikan atau keburukan, Rasulullah memerintahkan untuk istafti qalbak (mintalah fatwa kepada hatimu sendiri).
Di momentum Hari Guru Nasional 2021 ini, di saat pandemi Covid-19 masih menjadi musibah global yang belum surut, meminjam istilah Prof Dr Haedar Nashir, semua orang selayaknya mau belajar rendah hati dan menumbuhkan sentimen empati berupa kemurahan hati dan sikap welas asih.
Guru sebagai pilar dan teladan yang mencerahkan seyogyanya mampu menanamkan nilai-nilai optimisme serta melakukan ikhtiyar bersama untuk memulihkan kondisi, lebih-lebih di bidang pendidikan. Tentu ini semua dibutuhkan muncul dari hati yang bersih (qalbun salim) bukan dari hati yang sakit (qalbun maridh) apalagi hati yang mati (qalbun mayyit).
Selamat Hari Guru Nasional. Jayalah Guru Indonesia! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni