Puisi Bunda Gempar
Berikut bait-bait puisi yang Bunda Gempar bacakan di hadapan para guru dan Ikwam Berlian School.
Setiap pagi kau susuri jalan berdebu
berpacu waktu demi waktu
tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot
tak hirau dingin memagut
kala sang penguasa langit tuangkan cawannya
wajah-wajah lugu haus kan ilmu
Menari-nari di pelupuk mata menunggu
untaian kata demi kata terucap seribu makna
untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa
Ruang persegi jadi saksi bisu pengabdianmu
menyaksikan tingkah polah sang penerus
canda tawa penghangat suasana
hening sepi berkutat dengan soal
lengking suara kala adu argumen
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
entah berapa tinta tergores di papan putih
entah berapa lisan terucap sarat makna
entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi
entah berapa ajaran budi kau tanamkan
Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi
berserah diri mengharap kasih Ilahi
ilmu kau beri harap kan berarti
satu per satu sang penerus silih berganti
tumbuh menjadi tunas-tunas negeri
kau tetap di sini setiap mengabdi
sampai masa kan berakhir nanti.
Kegiatan siang itu akhirnya ditutup dengan tawa bahagia dari seluruh guru dan Ikwam yang antusias menyimak pengumuman pemenang lomba membaca nyaring. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni