PWMU.CO– Kongres Sejarawan Muhammadiyah 2021 mulai dibuka di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Sabtu-Ahad (27-28/11).
Acara kongres ini digelar oleh Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kegiatan dilakukan secara luring dan daring.
Kongres Sejarawan Muhammadiyah 2021 dibuka dengan paparan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir. Pidato tamu yang disampaikan Prof Mark R Woodward dari Arizona State University dan Kevin W Fogg dari University of North Carolina.
Acara terdiri paparan 20 pembicara dalam enam sesi panel. Paparan 34 pembicara dalam empat sesi paralel.
Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Muhammadiyah, Dr Muchlas mengatakan, 109 tahun Muhammadiyah melaksanakan gerakan dalam percaturan pembangunan kemajuan Indonesia. Banyak sejarah ditulis baik yang bersifat individual atau kelompok.
Sayangnya, gambaran narasi sejarah Muhammadiyah sampai saat ini masih sangat minim secara virtual. Karenanya, perlu jadi catatan bersama karena Muhammadiyah merupakan ormas Islam yang lekat dengan semangat berkemajuan untuk Indonesia.
“Karena sejarah tidak cuma terkait masa lampau, tapi menggali dan mengoleksi nilai-nilai moral dalam panduan sejarah peradaban agar generasi sekarang dan mendatang memiliki kesinambungan spirit dan daya juang,” kata Muchlas.
Ketua Panitia Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi menjelaskan, tujuan Kongres Sejarawan Muhammadiyah adalah ingin merayakan penulisan sejarah (historiografi) Muhammadiyah yang berusia 50 tahun.
”Juga membangun ekosistem sejarawan di internal Muhammadiyah sekaligus menginstal kesadaran historis yang begitu penting bagi Muhammadiyah yang telah menginjak 109 tahun,” katanya.
Dijelaskan, dari tema panel yang dipilih, kongres ini ingin memetakan kajian historiografi Muhammadiyah selama ini. Kemudian memetakan lokasi arsip-arsip untuk penelitian sejarah Muhammadiyah, mewacanakan pahlawan nasional.
Selanjutnya dari Muhammadiyah, mendorong hadirnya program studi Ilmu Sejarah/Sejarah Islam di salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM). ”Saat ini Muhammadiyah baru memiliki 4 PTM dengan program studi pendidikan sejarah,” ujarnya.
Ghifari menambahkan, kongres ini mempunyai target dibentuknya Forum Sejarawan Muhammadiyah yang akan menjadi ruang silaturrahmi dan dialektika para sejarawan dan peneliti sejarah Muhammadiyah.
Forum ini akan diwadahi dalam Jurnal Sejarah Muhammadiyah yang dikelola oleh Universitas Ahmad Dahlan dan Museum Muhammadiyah yang ke depannya juga akan mengembangkan pusat arsip dan record center Muhammadiyah. ”Jurnal tersebut juga akan dilauching dalamkongres ini,” imbuhnya.
Kongres ini juga akan memberikan life achievement awards kepada lima sejarawan dan peneliti Muhammadiyah yakni Prof Dr Mitsuo Nakamura, almarhum Prof Dr Kuntowijoyo, almarhum Drs Ahmad Adaby Darban SU, almarhum Dr Suwarno MSi, dan almarhum MT Arifin yang telah mendedikasikan hidupnya mengkaji sejarah Muhammadiyah dengan berbagai pendekatan. (*)
Editor Sugeng Purwanto