PWMU.CO – Disrupsi, Perubahan Radikal Tuntut Manusia Adaptif. Sebelum membahas “Tantangan dan Peluang Era Disrupsi Digital”, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prof Rhenald Kasali PhD memaparkan berbagai disrupsi yang terjadi.
Dia menyampaikan pada Resepsi Milad Ke-109 Muhammadiyah di Aula Mas Mansyur Gedung Muhammadiyah Jatim, Sabtu (27/11/2021). Memulai pemaparan menarik pagi itu, moderator Dr Hidayatull0h MSi bertanya, “Bagaimana Prof Rhenald melihat perubahan-perubahan yang terjadi saat ini?”
Rhenald Kasali menyampaikan, penduduk di seluruh dunia kini mencapai 7,9 miliar. Padahal saat dirinya kecil, jumlah penduduk masih 3 miliar. Menurutnya, perubahan besar di Indonesia terjadi pada tahun 1998. “Waktu itu penduduk bumi telah mencapai dua kali lipat dibandingkan tahun 1960, yaitu menjadi 6 miliar jiwa,” terangnya.
Sebentar lagi, kata Prof Rhenald, penduduk bumi akan mencapai 9 miliar. “Seratus tahun kemerdekaan Republik Indonesia akan diperingati dengan penduduk bumi sekitar 9,5 miliar,” ungkap dia.
Padahal, para ahli demografi menyebut bumi hanya cocok ditinggali 3 miliar jiwa saja. “Itu pun harus tersebar! Kalau berkumpul di satu tempat, problemanya akan muncul dalam berbagai hal,” kata lulusan University of Illinois di Urbana-Champaign itu.
Sejarah Disrupsi
Prof Rhenald Kasali menilai perubahan kecepatan terjadi karena memang dengan penduduk sebanyak ini, manusia memerlukannya. Sebelumnya, panen cukup sekali sehari karena waktu itu manusia hanya makan sekali sehari.
“Tidak ada pengawet dan pewarna, semua disimpan hari itu. Hari itu yang ditangkap, hari itu yang dimakan,” jelas Komisaris Utama PT Telekomunikasi Indonesia sejak 2019 itu.
Begitulah kata Prof Rhenald sampai manusia mulai hidup menetap. Punya perencanaan, mulai ada lumbung. Manusia berpikir, bagaimana kalau panennya dua kali setahun. “Mulai bepergian dengan alat, air, angin, kapal layar, kuda, gajah, onta,” tambahnya.
Kemudian manusia merasa kurang cukup karena penduduk semakin banyak. Tahun 1800, manusia mulai berkenalan dengan beragam sains. “Waktu itu sains masih disimpan dalam bentuk anagram, yaitu kode-kode sandi yang hanya diketahui para sponsor saja,” terang Rhenald.
Ketika sains berkembang, manusia mulai berpikir menciptakan transportasi buatan. Di sinilah kehidupan artifisial itu dimulai. Manusia membuat kuda buatan, kendaraan seperti bertenaga puluhan sampai ribuan ekor kuda. “Pakai horse power,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 13 Agustus 1960 itu.
Ketika ada Internet, kata Prof Rhenald, real time terwujud. “Detik ini kita lakukan, detik ini pula diterima di negara yang jauh,” terangnya.
Baca sambungan di halaman 2: Dampak Disrupsi, Perubahan Radikal