Kepala Sekolah Abnormal, kolom oleh Pahri SAg MM, Ketua Umum Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (FGM)
PWMU.CO – Mendengar kata abnormal, pikiran kita tertuju pada kondisi yang serba menyimpang, berbeda, tidak umum, dan tidak seperti biasanya.
Kata ini yang saya pakai saat menyampaikan materi pada recharging kepala sekolah SD/MI Muhammadiyah se-Jawa Tengah di Purwokerto (27/11/2021).
Di era digital ini, kita memerlukan banyak kepala sekolah Muhammadiyah yang abnormal. Supaya mereka berpikir abnormal. Saraf dan fisiknya bekerja abnormal. Karya yang dihasilkan juga abnormal. Karya abnormal saat ini banyak ditunggu orang. Dicari orang. Dan diburu orang.
Sebaliknya, kepala sekolah Muhammadiyah yang normal, pasti pola pikirnya normal, saraf dan fisiknya bekerja normal dan karya yang dihasilkan juga normal. Karya normal saat ini, tidak laku dijual. Karena dianggap itu karya biasa. Tak ada yang luar biasa. Dan tak ada beda dengan yang lainnya.
‘Dipermalukan’ Pak Din
Di muka umum, tiga kali saya “dipermalukan” oleh Prof Din Syamsuddin. Pertama, saat launching Suryawangsa 4.0 di SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Surabaya (2012). Kedua, saat peletakan batu dan peresmian The Titanium Building 7 lantai SMK Mutu Gondanglegi, Kabupaten Malang (2014) dan ketiga, launchingMicrobus Suryawangsa di Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Jakarta (2016).
“Ini SMK dipimpin Sarjana Alam Ghaib (SAg) yang orgil (orang gila), kata Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 itu, yang disambut dengan tepukan riuh hadirin yang hadir. Orgil yang dimaksud Prof Din Syamsuddin adalah orang yang berpikir dan berkarya tidak seperti kebanyakan orang.
Orgil sama dengan abnormal. Dari kepemimpinan sekolah yang abnormal ini lahir SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi dengan jumlah siswa terbesar (2.546), berdiri bangunan The Titanium Building 7 Lantai, Tefa Samsung Technologi Institue 5 Lantai, Tefa Astra Daihatsu Motor, MutuEdutel, dan karya-karya besar lainnya.
Rapat Kerja Forum Komunikasi Kepala Sekolah SD/MI Muhammadiyah Jawa Tengah yang dinakhodai Ustad Pamuji ini sukses bila sesampai di sekolah, saudara-saudaraku menjadi kepala sekolah yang abnormal dengan karya-karya besar yang juga abnormal.
Bila hal tersebut dilakukan, kita optimis dapat menatap masa depan sekolah Muhammadiyah yang lebih gemilang. Amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni