PWMU.CO – Nasyiah Wringinanom Laporkan Lima Program Kerjanya. Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Gresik Turba 17 PCNA ke PCNA Wringinanom, Ahad (28/11/2021). Kegiatan berlangsung di Panti Asuhan Al Ikhlas Lebanisuko, Wringinanom, Gresik,
Dalam kesempatan turba ini, Ketua Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Wringinanom Kusmiani SPd memaparkan kondisi PCNA Wringinanom dan lima program kerjanya.
“Nasyiah Wringinanom terdiri dari 56 anggota. Dari jumlah tersebut 50 persen terbilang aktif yang sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga (IRT). Agak berbeda denga PCNA GKB yang sebagian besar beranggotakan ustadzah,” ujarnya.
Program Kerja PCNA Wringinanom
Kelima program tersebut adalah pertama evaluasi kegiatan pertahun. Setiap setahun di akhir bulan dilakukan evaluasi kegiatan. Mencatat kegiatan sudah terealisasi maupun yang belum.
“Kedua adalah bagi takjil dan buka bersama. Khusus masa pandemi Covid-19 ini hanya bagi takjil saja, sedangkan buka bersama ditiadakan,” ungkapnya.
Ketiga, lanjutnya, pertemuan rutin perbulan. Teknisnya dengan anjangsana dari rumah ke rumah anggota dengan kegiatan yang bervariasi.
“Bulan pertama kegiatan tahsin dan tilawah dipandu oleh Ketua Departemen Pendidikan Indarti SPd. Karena tidak semua anggota lancar membaca al-Quran, maka kegiatan ini diawali belajar dengan alat peraga jilid tiga,” jelasnya.
Bulan kedua, sambungnya, ketrampilan yang meliputi belajar membuat bros, buket bunga, menghias kue dan membuat tas rajut. Ini kita selang-seling supaya tidak jenuh
“Bulan ketiga adalah pembinaan keputrian atau fiqih wanita. Kajian ini disampaikan oleh Mufidatul Latifah SPd anggota Nasyiah sekaligus sebagai ustadzah al-Islam SD Muhammadiyah 1 Wringinanom. Untuk bulan selanjutnya bergilir mulai dari kegiatan awal,” terangnya.
Program keempat, ujarnya, adalah Jumat Berbena atau Berbagi Bersama Nasyiah. Yaitu kegiatan pembagian nasi bungkus kepada yatim dan duafa.
“Sedangkan program kelima adalah kelas baca al-Quran yang dibuka untuk umum dan dilaksanakan tiga kali pertemuan dalam sepekan. Dengan metode Tadjid yang dipandu oleh ustadz Heri Siswanto SHI dan saya sendiri, Alhamdulillah sudah berjalan selama 7 bulan,” jelasnya.
“Program kerja kelima inilah atas saran Ketua PDNA Gresik yang harus ditulis dalam Surat Keputusan (SK). Itu yang nantinya akan resmi sebagai Buana (Badan Usaha Nasyiatul Aisyiyah) milik PCNA Wringinanom,” tambahnya.
Laporan dan Evaluasi PRNA
Sementara itu Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Gresik Ifa Faridah SPdI menyatakan bahwa inti turba adalah membahas laporan tiap ranting Nasyiah sekaligus diskusi santai.
Ifa mengawali pembicaraannya dengan menceritakan perjalanannya dari Kota Gresik. Berangkat jam 07.00 wib dengan rencana jam 08.00 wib bisa sampai Wringinanom.
“Manusia tidak boleh sombong ya. Tadi saya percaya diri karena sudah pernah ke sini. Eh ternyata kesasar sampai Mojokerto,” ujarnya sambil tersenyum.
“Dan tak boleh pula malu bertanya. Alhasil saya tidak melihat HP, tapi langsung tanya alamat yang akan saya tuju. Bukan salah orang yang saya tanya, tapi saya salah ucap. Lebanisuko saya ucapkan Lebaksono, jadinya sampailah di Mojokerto,” imbuhnya.
Disamping silaturahim, lanjutnya, disini juga ingin berbagi ilmu dan curhat bareng. “Saya sudah menyimak postingan Ketua PCNA dan kegiatan Nasyiah Wringinanom aktif dan kreatif,” ungkapnya.
Untuk mengetahui kondisi PRNA yang ada di Wringinanom, Ifa memberikan kesempatan Ketua Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah (PRNA) Lebanisuko Nur Hasanah ke depan.
“Selama ini PRNA Lebanisuko hanya aktif ikut kegiatan cabang pada ahad ketiga dan Jumat Berbena. Untuk kegiatan yang khusus ranting sendiri belum ada,” jelas Nur Hasanah.
Sama halnya dengan PRNA Lebanisuko, empat ranting lainnya juga menyatakan belum ada kegiatan khusus di tingkat ranting. Jadi hanya ikut kegiatan PCNA dan kegiatan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) masing-masing. “Saya dan teman-teman lainnya setiap ada kegiatan PRA selalu khintil,” ucap Ketua PRNA Sumbersuko Rika Rahmawati.
Selanjutnya Mufidatul Latifah SPdI menyampaikan kondisi PRNA Kandangasin. Dia mengatakan di rantingnya hanya ada grup WhatsApp saja. Dia punya angan-angan ingin mendirikan Taman Penitipan Anak atas nama Nasyiah.
“Karena kondisi masyarakat yang ibunya kebanyakan pekerja pabrik dan instansi pendidikan, maka kebanyakan anak usia balita masih di titipkan pada saudara atau tetangga,” paparnya.
Badan Usaha Nasyiatul Aisyiyah
Setelah laporan kondisi masing-masing ranting, Ifa menanggapi laporan dan keluhan dengan memberi solusi dan tugas.
“Saat minimal ada lima anggota, maka ranting Nasyiah bisa didirikan dan melaksanakan kegiatan secara independen. Misalnya kalau pengajian hampir setiap hari diikuti, maka pilih kegiatan yang beda seperti senam, menghias kue, bahkan rujakan pun bisa sambil ber-Nasyiah,” tutur ifa disambut tawa peserta.
Menanggapi usul Mufidatul Latifah, Ifa mempersilakan dan PCNA bisa mencetak srat keputusan (SK) pendiriannya. “Yang wajib amal usaha dari Nasyiah tersebut diselipi kata Buana (Badan Usaha Nasyiatul Aisyiyah),” tegasnya.
Sebelum melakukan kegiatan, sambungnya, segera disusun kepengurusan terlebih dahulu. Bentuk dua departemen yaitu departemen kader dan dakwah.
“Saya beri waktu satu bulan untuk menyusun kepengurusan dan program kerja, selanjutnya saya minta laporan,” tutupnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.