Perlukah dibuat platform vaksin Covid-19 baru?
Dampak varian Omicron pada vaksin yang ada belum diketahui secara pasti. Namun para ilmuwan sudah memikirkan jika sekiranya nanti terbukti bahwa vaksin yang saat ini beredar kurang efektif terhadap varian baru, kemungkinan akan dilakukan penyesuaian platform baru sebagai vaksin penguat atau booster. Secara teoritis, vaksin dengan platform mRNA lebih cepat dimodifikasi daripada vaksin konvensional.
Perubahan pada struktur asam nukleat dari vaksin mRNA yang digunakan untuk mem-blok protein spike virus agar tidak terikat pada reseptor ACE2 pada sel manusia, dapat dilakukan dalam beberapa hari di lab yang tepat.
Namun demikian, sekalipun bahan baku vaksin generasi baru ini dapat dibuat dengan cepat di laboratoriun, perubahan sekecil apapun dari palatform vaksin aslinya, memerlukan serangkaian uji klinik sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk memastikan bahwa vaksin itu aman.
Oleh karena itu, upaya untuk membuat vaksin Covid-19 modifikasi ini memerlukan waktu yang cukup lama, paling tidak dalam beberapa bulan ke depan.
Bagaimana upaya menghentikan varian baru Omicron
Virus dan varian-variannya tidak mengenal batas negara. Belajar dari kasus varian Omicron di Hong Kong dan Israel di mana berdasarkan pelacakannya berasal dari Afrika Selatan, penyebaran varian baru dapat diperlambat dengan cara menghentikan sementara penerbangan ke dan dari bagian negara di mana varian Omicron ini terdeteksi. Beberpa negara termasuk Indonesia juga telah menangguhkan sementara perjalanan dari Afrika Selatan dan negara lainnya.
Pembatasan perjalanan ini dapat membantu memperlambat penyebaran varian Omicron. Tetapi mengingat kasus pertama di Botswana telah terdeteksi pada pertengahan November, dan pembatasan penerbangan baru mulai diberlakukan, kemungkinan varian Omicron ini telah menyebar ke beberapa negara lainnya di dunia.
Meskipun kasus positif Covid-19 akhir-akhir ini di Indonesia dapat dikendalikan, namun kita tidak boleh abai, karena pandemi Covid-19 belum usai. Oleh sebab, Indonesia juga perlu memiliki kebijakan pembatasan pada pintu masuk negara.
Selain itu, guna mengantisipasi masuknya varian Omicron ini Pemerintah perlu meningkatkan whole genome sequencing (WGS) untuk mendeteksi adanya varian Omicron di dalam negeri, serta memastikan mobilitas masyarakat dilakukan dengan aman.
Penerapan protokol kesehatan ketat juga harus terus dilakukan terlebih dalam waktu dekat Indonesia akan memasuki periode Natal dan tahun baru. Dimana aktivitas masyarakat berpotensi meningkat yang juga meningkatkan potensi penularan. Demikian pula upaya peningkatkan testing dan tracing perlu terus dilakukan.
Kabar baiknya adalah bahwa selama ini kita telah melakukan persiapan dan memiliki pengalaman yang baik dalam menanggulangi wabah Covid-19 ini, baik melalui percepatan program vaksinasi, maupun melalui pembatasan pergerakan masyarakat yang terarah, sehingga InsyaAllah dalam menghadapi varian Omicron ini kita tidak perlu panik namun tetap harus waspada.
Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa melindungi kita semua, dan semoga kita tetap dapat mengendalian wabah Covid-19 ini. Amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni