PWMU.CO – Masjid Darussalam adalah salah satu aset Muhammadiyah Sumenep. Masjid yang terletak di tengah kota Sumenep ini rutin mengadakan pengajian bakda subuh dan selepas maghrib sepekan tiga kali. Penceramah tidak hanya dari kalangan Muhammadiyah, melainkan juga dari ormas lain.
Ketika belum marak kebiasaan iktikaf di masjid-masjid, Darusssalam sudah terbiasa melaksanakannya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Tidak sedikit mereka yang sebenarnya jarang dan bahkan tidak pernah melaksanakan shalat wajib di sana, ikut serta dalam kegiatan iktikaf tersebut, mengingat begitu ramainya.
(Baca: Muhammadiyah Kangean, PCM Paling Berkemajuan di Madura dan Kisah Heroik Pendirian Masjid ‘Umar Farouq’ di Daerah Kristenisasi)
Pada bulan Ramadhan tahun 2016 lalu, jamaah iktikaf Masjid Darussalam sempat dilempari petasan oleh orang yang tidak dikenal. Maklum, masjid yang terletak di jalan protokol Urip Sumoharjo Sumenep ini tampak ramai jamaah beriktikaf. Dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan, lemparan petasan ke dalam masjid itu tidak hanya satu kali tetapi dua kali atau dua malam.
Di samping itu iktikaf Ramadhan, Masjid Darussalam istiqamah melaksanakan sunah Rasulullah SAW di Subuh Jumat. Dalam setiap shalat Subuh di hari itu, sang imam bisa dipastikan akan membaca Alquran suart Assajdah di rakaat pertama dan surat Al-Insan di rakaat kedua. Lengkap dengan sujud tilawahnya.
(Baca juga: Masjid Latifah Zaid yang Dibangun di Atas Tanah Wakaf Anggota TNI Itu Diresmikan dan Ini Contoh Masjid Muhammadiyah yang Makmur oleh Shalat 5 Waktu dan Pengajian Rutin)
Shalat Subuh bisa berlangsung selama 17-20 menit, bahkan lebih, sesuai dengan ritme bacaan sang imam. Menariknya, tidak ada yang mengeluh, apalagi protes, dengan bacaan panjang itu. Justru, ketika ada imam yang tidak membaca dua surat tersebut akan segera diprotes, karena merasa kurang memperoleh sunah Rasul.
Masjid yang aset dan tanahnya diserahkan kepada Muhammadiyah melalui Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim pada Pengajian Ramadhan beberapa tahun yang lalu di DOMM UMM itu, sangat terkenal di masyarakat Sumenep sebagai masjidnya orang Muhammadiyah atau, setidaknya, simpatisan Muhammadiyah.
Shaf shalatnya pun dikenal tertib, lurus, dan saling bersentuhan kaki satu dengan lainnya, tidak renggang. Bagi Anda yang di luar Sumenep, mungkin bisa merasakan aura itu ketika berkunjung ke Sumenep. (Bahrus Surur)