Bahkan, lanjut dia, menjelang Hari Raya Kurban beberapa waktu lalu, dua kawan Kariyono, yaitu Masbukin dan Banjar, memprovokasi para tukang agar tidak memakan daging kurban karena haram. [Tentang profil salah satu masjid Muhammadiyah, baca: Masjid Darussalam Sumenep, Istiqamah dengan As-Sajdah dan Al-Insan di Subuh Jumat]
Akibat berbagai fitnah yang terus digulirkan itu, terjadi pergantian tukang lebih dari 4 kali. Anehnya para aparat desa yang mendapat laporan semacam ini tenang-tenang saja dan seakan mengiyakan. “Kami mendapat informasi bahwa para aparatur desa juga mendapat tekanan dari Kariyono, yang juga wartawan Sidik Kasus RI yang berkantor di Trowulan,” jelas Jumajak.
Hambatan tidak berhenti saat proses pembangunan masjid. Dua hari menjelang peresmian masjid pun masih ada pihak-pihak yang ingin menggagalkan acara. Modusnya, mereka mengadakan kerja bakti pelebaran jalan dengan menebang pohon bambu yang berjarak 10 meter dari masjid.
[Soal masjid yang harus memberi manfaat umat, ini kata Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim: Untuk Apa Saldo Kas Masjid Ratusan Juta jika Jamaahnya Melarat]
Jumajak menjelaskan, dari informasi yang diterima tokoh Muhammadiyah, saat penebangan bambu, lampu akan dimatikan karena khawatir mengganggu penebangan. “Suasana mencekam karena ada kelompok tertentu yang ingin merusak suasana,” kata Jumajak. Karena tidak mau kecolongan, PRM Sambangrejo menyiapkan para pemuda pilihan untuk menghadapi ancaman tersebut.
Tapi alhamdulillah, rencana ‘makar’ itu tidak jadi terlaksana. Peresmian masjid berlangsung aman dan syahdu. Sekitar 1000 warga setempat berbaur dengan anggota Muhammadiyah se-Cabang Modo. Tidak sedikit yang meneteskan air mata atas perjuangan dan kegigihan para mujahid di Ranting Muhammadiyah Sambangrejo. “Innallaaha khairul maakiriin. Allah sebaik-baik perencana,” tutur Jumajak.
Laporan Mohamad Su’ud dari Modo, Lamongan.