Dzikir Subtansial, Cara Warga Muhammadiyah Bertaqarrub pada Allah, laporan Kontributor PWMU.CO Dadang Prabowo.
PWMU.CO – Dzikir Subtansial Warga Muhammadiyah bisa berupa iuran sebagai cara taqarrub ilallah. Sehingga taqarrub-nya warga Muhammadiyah bukan hanya qiyamullail, baca shalawat dan lain sebagainya. Tetapi sampai ketika bekerja dan hasil kerjanya dipakai untuk iuran membangun amal usaha.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr H Agung Danarto MAg dalam Kajian Ahad Pagi dan Resepsi Milad Ke-109 Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan di halaman SMK Muhammadiyah 1 (Mutu) Kota Pasuruan, Ahad (5/12/21).
Selain Agung Danarto, hadir dalam acara tersebut adalah Wakil Wali Kota Pasuruan Adi Wibowo STP MSi beserta istri dan Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Ir H Tamhid Masyhudi.
Acara ini tampak istimewa, karena selain diisi oleh kajian, resepsi milad kali ini diisi dengan: bakti sosial 200 paket sembako, pentasyarufan beasiswa mentari oleh Lazismu Kota Pasuruan, chek up kesehatan gratis, bazar murah, servis motor gratis, penampilan kreasi siswa, dan launching Podcast SMK MUTU.
Spirit Kiai Dahlan
Dalam kajian bertema: Bermuhammaiyah dengan Dzikir, Pikir, dan Amal Saleh, Agung Danarto menyampaikan iuran adalah bentuk spiritualitas yang luar biasa dan itu merupakan dzikir substansial Muhammadiyah.
Agung menambahkan spirit Kiai Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebenarnya merupakan manifestasi dari dzikir Kiai Dahlan kepada Allh SWT. Sebagaimana yang tertuang dalam surat al-Ahzab ayat 41:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah kepada Allah, zikir yang banyak ,dan sucikanlah dia pagi dan petang.
Begitu juga di dalam surat Al-I Imran ayat 191, yang memerintahkan kita untuk berdzikir dalam keadaaan apapun: berdiri, duduk, dan berbaring.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ . الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’
Dosen UIN Sunan Kalijaga ini mengatakan ayat ini memerintahkan kepada kita untuk—setiap saat dan setiap waktu—dzikir dan meningat Allah. Makna dari dzikir ini yang barangkali di Muhammadiyah sudah menjadi keyakinan.
Dzikir bukan hanya ucapan dan kalimat yang keluar dari lisan—takbir, tahmid dan tahlil—tapi Muhammadiyah memaknai dzikir dari empat aspek: hati, pikiran, lisan, dan anggota badan.
Baca sambungan di halaman 2: Berdzikir dengan Hati