Berdzikir dengan Hati
Bagi Agung, dzikir dengan hati adalah senantiasa ingat kepada Allah. Ingat akan kewajiban sebagai hamba kepada Allah; ingat akan hal-hal yang harus dilakukan; ingat untuk mengesakan Allah; ingat tugas-tugas yang Allah bebankan kepada manusia untuk menolong; dan lain sebagainya.
“Dzikir dengan hati akan memunculkan semangat, ghirah, dan motivasi keagamaan. Sehingga motivasi inilah yang akan menggerakkan kita di dalam melaksanakan tugas-tugas keagamaan. Baik itu merupakan ibadah mahdhah atupun ibadah ghairu mahdhah, baik itu melaksanakan perintah-perintahnya, atau dalam rangka melaksanakan hukum-hukumnya,” jelasnya.
Lebih dari itu, Agung menambahkan hati yang selalu berdzikir kepada Allah akan menggerakkan seseorang untuk senantiasa melaksanakan kehidupan sesuai dengan tuntunan ajaran Allah. Dan itu senantiasa dipegang oleh warga Muhammadiyah, sehingga setiap nafas dan gerakannya adalah dzikir, dalam setiap aktivitasnya adalah dzikir.
Berdzikir dengan Pikiran
Kedua dzikir dengan pikirian. Pikiran yang senantiasa ingat kepada Allah akan senantiasa memikirkan berbagai macam fenomena alam, akan memikirkan berbagai hal di alam semesta yang kemudian akan bermuara kepada kesimpulan: ‘Wahai Tuhan kami sungguh Engkau ciptakan ini tidak sia-sia. Dan kemudian hal tersebut akan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.’
Pikiran yang selalu berdzikir, menurut Agung, akan membuat seseorang semakin tunduk, taat dan yakin kepada Allah. Selain itu, bentuk berdzikir dengan pikiran adalah menggunakan akal fikiran agar bisa melaksanakan ajaran agama Allah.
“Tugas manusia di dunia ada dua: sebagai hambanya yang selalu beribadah dan sebagai khalifatullah yang menebarkan rahmat bagi alam semesta. Ketika seseorang memikirkan bagaimana beribadah yang baik, bagaimana sholatnya nyaman, maka dibuatkan masjid. Dan supaya masjidnya nyaman diberi AC dan dipilihkan karpet yang bagus. Bagaimana supaya operasional masjid berjalan dengan bagus, maka digerakkan infak dan sedekah. Nah itu adalah fikir kita, dan fikir kita adalah dzikir kita,” ungkapnya.
Selain melakukan hal tersebut, ketika ada beberapa orang yang tidak mampu, sehingga menstimulus otak untuk berpikir bagaimana cara menolongnya. Cara menolongnya adalah dengan mendirikan sekolahan dan panti asuhan. Menurut Agung, hal itu dalam rangka melaksanakan perintah dari Allah. Dan itu adalah bagian dari dzikir.
“Rapat-rapat yang Bapak-Ibu laksanakan mengenai urusan tabligh dan pendidikan adalah merupakan dzikir kepada Allah. Dan dzikir warga Muhammadiyah adalah sepanjang hidup. Karena senantiasa berfikir bagaimana menjadi pribadi yang baik, bagaimana bisa manyantuni orang miskin dan dhuaafa, mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk belajar dan lain sebagainya,” terangnya
Baca sambungan di halaman 3: Berdzikir dengan Lisan