Santriwati seperti Lampion
Dalam kesempatan itu, Innik membawa lampion karya penyandang disabilitas sensorik rungu wicara (PDSRW). Di sisi lampu hias cantik itu, ada kolase gambar bunga matahari dan tulisan HDI 2021 UPT Resource Centre Gresik.
Ketika hendak berangkat ke Aula Utama MBS Madinatul Ilmi SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik, Innik melihat lampion itu di ruang kerjanya. Akhirnya spontan tercetus ide membawanya untuk buah tangan. “Di antara sekian lampion terambil satu,” terangnya.
Menjelang akhir kegiatan, sebelum Innik memberikan lampion ke guru pembina ponpes Mulyantini, dia mengajukan syarat: santriwati harus bisa mengaji dengan isyarat al-Quran metode Amakasa.
“Paling tidak, para santriwati juga harus belajar membaca Musyaf Al-Quran Isyarat bagi PDSRW. Dengan harapan para santri bisa mengajarkan al-Quran Isyarat ini kepada siapa saja PDSRW di lingkungannya,” imbuhnya.
Seperti lampion ini, lanjutnya, ketika diberi aliran listrik maka menyala dan menerangi lingkungan. “Jadilah santriwati sebagaimana matahari di lampion ini, pencerah dan penerang bagi lingkungannya, di mana pun santriwati berada!” lanjutnya.
Kemudian, Innik mengajak santriwati belajar bersama, termasuk ‘melafalkan’ huruf Hijaiyah. Dipandu salah satu santri, Innik dan para peserta mengikuti instruksi Isyarat huruf Hijaiyah.
Sesekali, Innik membetulkan sekaligus mengingatkan pentingnya ketepatan gerak jari. Karena mereka mengisyaratkan Al-Quran, sama dengan membaca Quran.
“Jadi isyaratnya jari-jari harus betul-betul serius, penuh makna. Duduknya, posisi tangan, dan konsentrasi seperti membaca Al-Quran,” tuturnya. Semua santri pun segera menata diri serius mengisyaratkan al-Quran.
Bersambung ke halaman 3: Karya Anak Tuli