Guru Asli Putra Bawean
Abdul Fatah SHI, Kepala SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sangkapura sangat senang dengan terlaksananya kegiatan ini. Dia menyampaikan, guru atau teacher dalam pelatihan speaking ini adalah putra asli dari Bawean.
“Guru tersebut bernama Musleh Fajri SPd, asalnya dari Desa Pudakit Timur Kecamatan Sangkapura. Ia cukup lama menggeluti Bahasa Inggris dan kompeten di bidang itu,” katanya.
Abdul Fatah menambahkan, Mas Musleh—atau di Kampung Inggris biasa disapa Mr Sulek—merupakan lulusan Jurusan Bahasa Inggris di salah satu perguruan tinggi yang ada di Kediri.
“Beliau juga lama menjadi pengajar dan tutor di lembaga kursus bernama RnB Course di Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur,” paparnya.
Mister Sulek mengaku sangat gembira dan berterima kasih telah diajak kerjasama dengan SMP-SMA Muhammadiyah yang ada di kampung halamannya, Bawean. Apalagi pesertanya begitu antusias belajar bahasa.
Kesempatan ini juga dapat ia gunakan untuk melepas rindu dan bernostalgia karena ia dulu juga pernah merasakan menjadi pelajar di Bawean.
“Ya, meskipun pelatihan ink masih diadakan dua pekan pertama saya berharap pelatihan skill speaking bisa dilaksanakan secara berkelanjutan,” katanya.
Pada pertemuan perdana Mr Sulek menyampaikan materi dasar (fundamental) terkait skill speaking. Terutama bagian metode membangun mental berbicara bahasa asing dan materi pendukung lainnya seperti kosakata, aturan berbahasa inggris (grammer), dan cara membaca huruf, kata maupun kalimat.
Membangun Habituasi Bahasa Inggris
Ia menganjurkan kepada peserta pelatihan untuk memulai membangun kebiasaan (habituasi) dengan bahasa Inggris. Caranya, bisa dengan membaca artikel kegiatan orang sehari-hari.
“Dengan cara menonton ceramah, pidato, puisi, cerita-kisah yang menarik atau mendengarkan lagu-lagu populer sesuai tingkat usia peserta. Itu semua harus dipilih yang sekiranya dianggap ringan. Tapi, semua itu harus berbahasa Inggris,” tandas Mr Sulek.
Dia berharap, kebiasaan itu harus terus dilakukan supaya ke depannya skill speaking kita menjadi enteng dan mudah.
Peserta pelatihan tidak hanya dari kalangan peserta didiknya. Tenaga pengajar atau guru SMP-SMA Muhammadiyah pun ikut berpartisipasi aktif untuk mempelajari bahasa Inggris.
Banyak dari mereka merasa senang karena mudahnya materi dan metode praktik yang dipaparkan teacher pelatihan. (*)
Penulis Sawaluddin Eka Saputra Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni